Warga Diracuni Secara Massal, 
Pemkot Diam


Perjuangan Gemapedas Sulit Berhasil
       Lambannya sikap Pemkot untuk mengatasi masalah air baku PDAM yang merupakan air yang tercemar menemui kecaman warga. Bahkan, warga menilai tidak tanggapannya Pemkot merupakan bentuk kelalaian yang disengaja.
"Ini kan sudah kelalaian yang disengaja. Kok sampai hari ini tidak juga ada tindakan. Atau jangan-jangan memang mau meracuni warga dengan air yang tercemar?" kata warga RT. 3 Sukamerindu Ujang Ahmad (38), Senin (27/6).
Kelalaian tersebut, tambah Ujang, juga menunjukkan ketidakberdayaan Pemkot. Sehingga memunculkan persepsi di masyarakat bahwa Pemkot memang sengaja membiarkan warga minum air yang tercemar. "Minimal ada larangan atau himbauan untuk tidak pakai air PDAM sementara. Ini kok tidak ada sama sekali. Kan aneh,” ujar Ujang.
Warga Kelurahan Tanjung Agung Rachmad Antony (29) mengatakan, tidak bersikapnya Pemkot seolah sengaja membiarkan kesehatan warga terganggu. "Walikota belum rasakan bagaimana tidak enaknya minum air ini. Kami warga di sini menilai Pemkot meracuni anak, istri dan keluarga kami perlahan-lahan," kata Rachmad.
Rachmad berharap, Pemkot segera mengambil tindakan mengatasi air minum yang tercemar tersebut sebelum akumulasi racun yang beredar dalam air PDAM semakin menjadi- jadi. “Racun ini akan makin menjadi-jadi kalau didiamkan terus. Kalau memang Walikota peduli dengan rakyatnya, ya tunjukkan dengan tindakan," ujar Rachmad.
Asisten I Pemkot Bengkulu Drs. Ali Arifin ditemui enggan berkomentar banyak tentang kecaman warga tersebut. "Sementara baru bahasan yang pengumpul batu bara dulu, yang dari rekomendasi tim BLH. Belum banyak yang bisa kami lakukan untuk sementara ini, kesibukan Pemkot bulan ini sangat padat," kata Ali.
Namun Ali berjanji akan segera menyelesaikan permasalahan tersebut. Terkait sikap Walikota yang membiarkan PDAM menggunakan air baku yang tercemar, Ali juga enggan mengomentarinya. "Tunggu saja lah bagaimana nanti pembahasannya. Yang pasti akan kami selesaikan," kata Ali.

Pemerintah Sengaja Mengulur Waktu 
Di bagian lain, perjuangan Gerakan Masyarakat Peduli Daerah Aliran Sungai Bengkulu (Gemapedas) diperkirakan tidak akan berhasil. Pasalnya, gerakan yang dilakukan Gemapedas bersifat sporadis. Ketua Yayasan Lembak Ir. Usman Yasin, M. Si mengungkapkan hal tersebut kepada Radar Bengkulu. “Ada tiga poin yang mengindikasikan suatu gerakan akan berhasil. Harus terencana, tersistematis, dan tidak kenal waktu dan serta tidak kenal menyerah. Saya melihat ketiga poin tersebut tidak dimiliki Gemapedas,” kata Usman.
Usman menambahkan, sayang bila perjuangan Gemapeda tidak berhasil. Sebab, data dan fakta sudah menyimpulkan air Sungai Bengkulu telah tercemar. “Dan yang perlu dipahami, kalangan pemerintah pun sudah tahu kalau banyak gerakan yang dilakukan mahasiswa atau elemen lainnya hanya sporadis. Karena itu, mereka sengaja menanggapi aksi-aksi yang dilakukan dengan mengulur-ngulur waktu.  Lama kelamaan terlupakan dan gerakan yang dibangun berakhir dengan kegagalan,” kata Usman.
Koordinator Gemapedas Sony Taurus mengatakan tidak akan berhenti sampai perjuangan yang dilakukan berhasil. “Kami masih melakukan koordinasi . Dan kami tidak akan mundur hingga tuntutan kami agar perusahaan tambang batu bara ditutup dipenuhi,” kata Sony. (jek/top)

1 komentar: