Merajut Nusantara Singkirkan Masalah Air PDAM Tercemar
       Pemda Kota sedang sibuknya mempersiapkan kegiatan Merajut Nusantara yang akan dilaksanakan pada 18 – 24 Juli 2011. Sementara, warga meresahkan masalah air baku PDAM yang tercemar. Warga menilai persiapan kegiatan skala nasional tersebut telah melupakan Pemkot untuk menyikapi masalah krusial tersebut. "Entah lupa atau disengaja, sepertinya Merajut Nusantara lebih bergengsi diurusi ketimbang nasib warga kota yang hampir tiap hari minum air tercemar," kata seorang warga Kelurahan Kandang Limun RT. X Harmidi (40), Kamis (30/6).
Pasca dieksposnya hasil penelitian tim Terpadu Provinsi Bengkulu yang menyatakan Air Sungai Bengkulu yang merupakan air baku PDAM beberapa waktu lalu, lanjut Harmidi, harusnya Pemkot langsung merespon. Setidaknya menyerukan himbauan agar warga tidak menggunakan air PDAM tersebut untuk konsumsi rumah tangga untuk sementara waktu.
"Minimal himbauan lah, bahwa air ini tidak layak lagi untuk konsumsi dan lain sebagainya. Apakah nanti akan menggunakan mobil tangki air bersih atau mungkin juga dibuatkan fasilitas air bersih bersama, ini lah bentuk tindakannya," kata Harmidi.
Seragam dengan Harmidi, warga jalan Budi Utomo Kelurahan Beringin Raya Unib Depan Mardani (42) juga mengeluhkan kelambanan sikap Pemkot. "Harusnya kalau memang peduli dengan warga, Walikota responnya dua kali lebih cepat tanggap terhadap tercemarnya air di PDAM, daripada menanggapi undangan hadir di kegiatan seremonial yang lain," kata Mardani.
Selain efek yang ditimbulkan dari tercemarnya air PDAM membahayakan, lanjut MArdani, masih banyak warga di jalan Budi Utomo belum mengetahui informasi tentang tercemarnya air di PDAM. "Bukan apa-apa. Selain dampaknya besar. Kami warga disini juga banyak yang belum tahu betul informasi tercemarnya air minum ini," ujar Mardani.
Untuk itu, Mardani berharap Walikota dapat menunjukkan reaksi sesegera mungkin untuk menyikapi permasalahan tersebut. "Harus cepat responnya. Jangan cuma merajut nusantara saja yang dipikirkan. Pikirkan juga nasib anak dan keluarga kami yang minum air racun setiap hari ini," sindir Mardani.

Unib Ragukan Hasil Penelitian Tim Terpadu
Pengamat Kimia Lingkungan Drs. Bambang Trihadi, MS yang juga Pembantu Dekan III Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Unib menyangsikan hasil kajian yang dilakukan oleh tim terpadu Pemda Provinsi. Hasil penelitian tim terpadu yang menyatakan kadar logam yang mencemari air Sungai Bengkulu adalah Seng, Mangan dan Sr (Strongsium) diduga tidak mengena dengan aktivitas di hulu Sungai yang merupakan lokasi awal pencemaran. "Kandungan logam yang terkandung dalam sungai itu kan ditentukan dari aktivitas yang terjadi di hulunya. Diluar itu adalah proses alamiah. Artinya wajar-wajar saja ada kandungan logam. Ini kan aneh, di hulu ada pertambangan, perkebunan dan pengolahan karet kok yang yang dipaparkan logam akibat electro platting (pengolahan logam). Emangnya ada di ya hulunya?" kata Bambang seraya bertanya.
Harusnya untuk Seng dan Mangan tidak perlu ada dalam hasil penelitian tersebut, lanjut Bambang, karena dalam kadar tertentu Seng dan Mangan justru dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme. Artinya, sambung Bambang, ada kemungkinan bahwa pengambilan sampel atau wilayah teliti yang dilakukan tidak tepat dan sesuai dengan aktivitas yang terjadi di hulu. Terlepas apapun kandungan logam yang sudah dipaparkan tim terpadu tersebut, lanjut Bambang, Pemkot selayaknya segera melakukan tindakan antisipatif dengan segera membentuk tim penelitian.
"Pemkot harus bentuk tim segera, libatkan PT dan ahli. Baru nanti terbaca bagaimana tindak lanjutnya kedepan. Apakah akan diberhentikan dulu konsumsinya atau mungkin yang lainnya. Yang pasti harus ada tindakan lah dari Pemkot. Jangan cuma diam saja," ujar Bambang
Terpisah, Wakil Ketua  Komisi II DPRD Kota Bengkulu Sujono, SP, mengatakan, secara posisi persoalan penecemaran ini adalah dilematis. Di satu sisi sebagai korban Pemkot tidak punya kewenangan lebih, disisi lain warga mau tak mau mengkonsumsi air tercemar tersebut.
Namun terkait nasib warga, sepantasnya Pemkot melayangkan himbauan.  Baik ditujukan ke Pemprov untuk mengambil tindakan terhadap pencemar ataupun ditujukan ke warga untuk tidak mengkonsumsi air PDAM untuk sementara. Terkait kemungkinan penghentian sementara aktivitas PDAM di Surabaya, Sujono menentang wacana tersebut. "PDAM ini kan kena getahnya saja. Penghentian ini tidak menjawab persoalan, yang dihentikan itu pencemarnya, bukan PDAM nya," kata Sujono. (jek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar