Mereguk Hangatnya Tradisi dari 'Kupi Atjeh'

Mereguk Hangatnya Tradisi Dalam 'Kupi Atjeh'

Menikmati kopi merupakan tradisi dan kebiasaan sehari-hari yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam masyarakat Aceh. Bagi orang Aceh, meminum kopi tidak hanya sebatas mereguk kopi, tapi lebih kepada untuk mempererat rasa persaudaraan dan silaturahmi. Kopi bahkan dapat menjadi media transformasi beragam budaya dan kultur.
Hal ini disampaikan, pemilik 'Waroeng Kupi Rumoh Atjeh', Efendi. M. Jamal (40), "Kopi Aceh tidak hanya menawarkan cita rasa yang berbeda, namun warung kopi dapat menjadi media transformasi budaya, dan kultur dari beragam kepala".
Ada fungsi sosial yang berkembang disini lanjut Efendi, warung kopi dapat juga menjadi wadah untuk mempererat silaturahmi, tempat diskusi, berbagi informasi atau mungkin sebagai tempat lobi-lobi bisnis. Sampai saat ini, antusiasme warga Bengkulu terhadap usahanya lumayan bagus, "Biasanya antara jam 17.00-21.00 WIB yang paling rame pengunjungnya", ujar Efendi di tempat kerjanya .

Pria yang besar dan lahir di Aceh ini mengungkapkan pendirian awal dari Waroeng Kupi Rumoh Atjeh miliknya ini sudah dicita-citakannya semenjak lama dan baru terealisasi sekarang. "Di Aceh, saya dan teman-teman sering berkumpul di warung kopi, menghabiskan waktu atau kadang berdiskusi tentang masa depan. Ya akhirnya saya kepikiran, kenapa tidak di Bengkulu dibuat wadah ini. Sekaligus memperkenalkan tradisi kami di Aceh," kenang Efendi
Dijelaskannya juga, untuk bahan baku bubuk kopi, dirinya membeli langsung bubuk kopi Aceh ini dari daerah Ulee Kareng, Banda Aceh. Sekilonya dihargai Rp 90 ribu. Untuk 20-25 gelas kopi siap saji. Takaran kopi yang biasa digunakan Efendi biasanya 250 gram per saringan. Ini tergantung juga tingkat kekentalan kopi. Kalau kira-kira sudah tidak pekat pekat lagi, bubuk kopinya harus segera ditukar dengan bubuk kopi yang  baru.
Untuk proses pembuatannya, kopi Aceh ini sangat unik. Karena, menggunakan saringan. Sehingga ampas kopi tidak sampai mengendap dalam gelas kopi. "Awalnya, air dipanaskan hingga di atas 100 derajat dalam 'Dang Ie', yaitu wadah khusus menyerupai dandang air yang tertutup, dengan bagian atasnya dibuat terbuka sebesar teko, untuk tempat uap air keluar. Lalu kopi Aceh tadi kita masukkan kedalam saringan khusus. Kemudian disiram dengan air mendidih tadi dalam sebuah teko khusus (Ceriek Kupi, istilah Aceh). Selanjutnya air hasil saringan kopi tadi kita lakukan berulang-ulang. Jangan lupa angkat saringannya juga harus tinggi-tinggi, biar asam uap kopi tadi tidak ikut ke dalam kopi. Sehingga aroma dan rasanya tetap terjaga. Baru kemudian kita tuang dalam cangkir kopi yang telah disediakan", beber Efendi.
Warung kopi yang beroperasi di Jl. Sudirman, Pintu Batu buka dari pukul 08.00-00.00 WIB ini, sampai dengan saat ini sudah memperkerjakan 6 orang karyawan. Empat orangnya bahkan asli orang Aceh, "Ureung Dapu Kupi (peracik dan pembuat kopi), sengaja saya datangkan dari Aceh, karena tidak sembarang orang yang bisa meracik kopi ini. Dibutuhkan tangan terampil dan terlatih untuk menyeduhnya" ujar Efendi.
Adi (28), karyawan Waroeng Kupi Rumoh Atjeh, mengaku sudah lebih dari 10 tahun dirinya bekerja sebagai 'ureung dapu kupi', dan baru kali ini dirinya diajak untuk bekerja di Bengkulu. Selain peracik kopi, Adi juga menjadi 'Ureung Masak Mi', pembuat mie Aceh. Karena selain kopi aceh,Waroeng Kupi Rumoh Atjeh juga menyediakan berbagai macam penganan. Seperti mie Aceh, martabak Aceh, kopi telur, teh telur.
 Harganya pun bervariatif dan murah. Satu gelas kopi Aceh asli disini cuma dihargai dengan Rp 5.000,-/gelasnya.
Efendi berharap dengan warung kopi miliknya dapat memfasilitasi orang-orang Aceh yang ada di Bengkulu yang mungkin rindu dengan kampung halamannya, atau wadah bagi orang-orang yang sudah pernah berkunjung atau tinggal di Aceh, dan juga bagi masyarakat yang mungkin belum tahu sama sekali tentang Aceh atau citarasa kopi Aceh. "Kalau rindu Aceh, atau sekadar membangkitkan memori tentang Aceh, dan juga ingin tahu tentang tradisi Aceh, mampirlah ke Waroeng Kupi Rumoh Atjeh", tutup Efendi. (jek)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar