Bermodal Rp 350 Ribu, 
Beromzet Ratusan Juta

Yanti (33), mantan penjual baju bekas atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'Baju Batam' ini, mampu menjadi pemasok tas terbesar di Bengkulu. Pelanggannya merupakan beberapa toko besar yang ada di pusat perbelanjaan di Bengkulu, butik, bahkan tak sedikit dari luar provinsi. Seperti Palembang, Padang, Jambi. Angka hasil penjualannya pun bisa dibilang fantastis. Bayangkan saja, sehari saja ibu muda ini bisa meraup untung antara Rp 10-35 juta. " Tekun dan tak pantang menyerah dalam usaha, mudah-mudahan membawa hasil dek," ujar Yanti serius.
Ditemui Radar Bengkulu (03/04) di los Pasar Panorama, di tempat penjualan baju bekas ini lah Yanti memulai bisnisnya dari tahun 2002. "Awalnya saya berdagang pakaian bekas (Batam) dengan modal Rp 350 ribu. Saya nekat untuk membeli baju Batam beberapa bal", kenang Yanti. setelah hampir 2 tahun menggeluti pakaian bekas, melihat situasi pasar yang tidak menguntungkan, Yanti akhirnya mengganti barang dagangannya dengan sepray dan selimut bekas. Kali ini usahanya terbilang cukup lama, hampir 4 tahun dijalaninya. Lambat laun usahanya mulai meningkat, permintaan sudah semakin banyak. Sayangnya,harga dasar sepray dan selimut yang biasa dibelinya mulai merangkak naik. Penjualannya tidak stabil.Karena tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan, akhirnya Yanti mulai beralih ke bisnis jual beli tas murah. Dari sinilah cerita sukses ini berawal. "Harga belinya cuma Rp 38 ribu/buahnya, ini pun tas-tas merek murahan yang banyak dijual di Tanah Abang Saya beli," ujar Yanti.
Sebelumnya Yanti berbelanja dengan pola titip dengan pedagang atau teman yang akan berangkat belanja ke Jakarta. Barangnya dikirimkan lewat mobil penumpang."Rekanan saya disana masih sedikit. Jadi terpaksa harus titip dengan orang lain", tambah Yanti. Sayang dalam perjalanannya, tas yang dikirim terkadang banyak yang tidak sesuai dengan pesanan, cacat atau lama sampainya.
Ibu muda yang cuma lulusan SMU ini, akhirnya mengganti polanya. Bersama beberapa orang rekan, dia berangkat ke Jakarta untuk belanja sendiri. Terkadang 2 minggu sekali atau bahkan paling lama 3 kali seminggu dia berangkat. "Kami keliling belanjanya. Jadi bukan barang Mangga Dua atau Tanah Abang saja yang kami beli", kata Yanti. Sekali belanja Yanti mampu merogoh kocek sampai Rp 140 juta. "Awalnya sih harus cash, tapi sekarang tidak. Karena sudah sering dan kenal, saya bisa bayar 2 kali atau 3 kali."
Tas-tas miliknya merupakan barang bermerek, kualitas satu. Seperti Luis Vitton, Gucci, Miu-Miu, Egner, Hermes, BTG, Oagelae. Harganya relatif murah. Mulai dari yang terendah Rp 50 ribu sampai dengan termahal Rp 300 ribu per buahnya.Peminatnya pun beragam. Hampir semua kalangan menyukainya, khususnya kaum cewek atau ibu-ibu. Promosinya cuma dari mulut ke mulut. Dengan sistem perjanjian belanja yang sederhana, Yanti memperkenan clientnya untuk menukar lagi tas yang sudah mereka beli, kalau seandainya tidak laku atau tidak sesuai dengan selera penawar.
Sampai sekarang, jaringan pengecer tas milik Yanti pun jumlahnya sudah mencapai ratusan, "Saya aja sudah lupa beberapa orang, tapi tetap saya catat terus dibuku pembukuan," ujar Yanti.
 Los tempat dagangannya pun sudah berkembang menjadi tiga. Ibu dua anak ini mampu membuktikan dengan kegigihannya, sukses akhirnya bukan hanya milik orang-orang berbaju rapi saja.
Buat Anda yang tertarik melihat tas bermerek yang murah sekelas butik dan mall, dapat Anda kunjungi di Pasar Panorama (los Batam), "Cari saja tas Yanti, semua orang sudah tau kok", tutup Yanti sambil tersenyum. (jek)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar