Timbal Balik Bayar Pajak Air Tidak Ada
       PDAM Kota Bengkulu meminta agar Pemerintah Provinsi Bengkulu menertibkan perusahaan tambang. Selain tak pernah mendapatkan kompensasi apapun dari pencemaran air baku, PDAM juga menilai beban pajak penggunaan air dibayarkan ke Pemprov sedikitnya Rp 5 juta per bulan tidak memberikan kontribusi untuk mengantisipasi pencemaran air di sumber baku di hulu sungai Air Bengkulu.
"Dalam waktu dekat ini kami akan surati Pemprov agar segera menindaklanjuti persoalan pencemaran ini. Pencemaran ini sudah sangat mendesak, Pemprov harus segera ambil tindakan," kata Direktur Utama PDAM Tirta Dharma Kota Bengkulu Ichsan Ramli, SE, saat ditemui di DPRD kota usai menemui Ketua DPRD Kota Sawaludin Simbolon, S.Sos, Rabu (6/7).
Terkait kompensasi yang harusnya didapatkan, menurut Ichsan, PDAM tidak pernah mendapatkan apapun dari perusahaan yang telah mengakibatkan pencemaran di air baku yang dikelola oleh PDAM. Baik berupa penghutanan kembali hulu air, pembersihan sungai atau pun sampai ke pembayaran uang ganti rugi, PDAM belum pernah terima sedikit pun. Sementara di sisi lain, beban yang ditanggung PDAM setiap bulannya sudah mencapai ratusan juta, itu pun untuk menetralisir dan mengurangi kadar kekeruhan air baku yang dikelola.
"Belum pernah sedikit pun kami menerima kompensasi atau penggantian rugi dari perusahaan pencemar di hulu Air Bengkulu. Padahal beban operasional bulanan kami sudah sangat tinggi sekarang," sambung Ichsan.
Terkait pemanggilannya ke DPRD Kota, Ichsan mengatakan, membahas permohonan penambahan pipa dan mesin pompa pengolah tambahan untuk Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Nelas. "Cuma soal penambahan pipa dan mesin pompa air cadangan di IPAM Nelas saja, kami mohon dianggarkan untuk dana pendamping dari APBD. Tentang pencemaran tidak begitu dibahas kan bukan wewenang DPRD." ujar Ichsan.
Anggota Komisi III DPRD Kota Bengkulu Nuharman, SH mengatakan, DPRD belum bisa mengambil tindakan menyikapi persoalan pencemaran di air baku PDAM. Sebab, tembusan resmi BLH Provinsi tentang hasil penelitian tim terpadu belum diterima DPRD.
"Tercemar atau tidak kan belum ada tembusan resminya. Biarpun di sampaikan di konferensi pers, selama belum ada statement tertulisnya, belum ada tindakan yang bisa dilakukan," ujar Nuharman.
Nurman berharap, PDAM dapat melakukan penelitian sendiri terhadap air baku yang telah diproduksi. Jika memang terbukti sama dengan apa yang telah diteliti BLH Provinsi, PDAM harus menyampaikan hal tersebut ke Pemprov dan Pemkot agar dapat ditindaklanjuti.
"Jika BLH Provinsi teliti air bakunya, PDAM teliti air yang sudah diolahnya. Nanti kan ketahuan air bakunya yang bermasalah tapi ternyata air olahannya tidak, atau mungkin juga kedua-duanya kena cemar. Nanti baru ketahuan tindak lanjutnya kedepan," ujar Nuharman. (jek)

BBM Diselewengkan, Kepala Wira Depo Pertamina Dicopot
      Mencuatnya dugaan penyelewengan BBM bersubsidi di Provinsi Bengkulu disinyalir telah mengorbankan Dambha yang menjabat sebagai Kepala Wira Depo PT. Pertamina Pulau Baai Bengkulu. Dambha dicopot dari jabatan tersebut dan dipindahkan ke Lampung dengan jabatan yang sama.
Dihubungi pada pukul 17.00, Dambha mengatakan tidak bisa berkomentar banyak soal pencopotan tersebut. "Sudah di Lampung mas. Kalau mau tahu siapa pengganti saya, nanti segera dipublikasikan," kata Dambha, Rabu (6/7).
Namun Dambha membantah kepindahan dirinya terkiat mencuatnya dugaan penyelewengan BBM bersubsidi. " Ya pindah. Namanya juga sebagai bawahan. Lagipula, saya sudah lama meminta pindah dari sini (Bengkulu) dan baru sekarang terealisasikan," kata Dambha.
Sementara itu, jaminan PT. Pertamina Depo Bengkulu pasokan BBM lancar diragukan pengguna BBM. Antrean kendaraan di sejumlah SPBU masih memanjang hingga malam tadi, meskipun hujan deras turun. Sementara itu, dugaan ada penyeleweng atau penimbun BBM juga belum terbukti. Polda dan Polres belum menangkap satu orang pun pihak yang diduga menyelewengkan BBM.
Pemilik kendaraan mobil BD 1252 GZ Yono (42) yang berprofesi sebagai wiraswasta mengaku resah dan gelisah akibat kelangkaan BBM. Akibat antrean yang memakan waktu berjam-jam, dirinya tidak lagi bisa beraktivitas secara normal. "Usaha saya terpaksa saya tinggalkan. Kalau kondisinya tidak cepat diatasi, saya khawatir berdampak luas pada aspek lain," kata Yono ditemui saat mengantre BBM di SPBU Rawa Makmur.
Yono berharap pemerintah segara bertindak cepat mengatasi kelangkaan BBM dan PT. Pertamina transparan kepada masyarakat terkait kelangkaan atau keterlambatan pasokan BBM ke SPBU. Yono telah meragukan jaminan Pertamina bahwa pasokan BBM lancar. “Itu hanya bahasa halus Pertamina untuk mengelabui masyarakat agar tidak panik. Harusnya Pertamina katakan apa adanya saja dan dicarikan solusi. Kami tidak masalah pembelian BBM dibatasi, tapi harus lancar," kesal Yono.
Pemilik mobil pick up warna hitam BD 9028 MZ yang juga warga Jalan Siti Khadijah Andre (30) mengaku, dirinya sejak pukul 07.00 mengantre. Bahkan, lanjut dia, sebagaian pengantre sudah mengantre sejak pukul 02.00 dini hari. "Saya dengar ada yang antri sampai tengah malam," kata Andre.
Andre mengaku tidak mengetahui persis sehingga antrean memanjang. Hanya saja, informasi yang diperolehnya, pasokan BBM dari Pertamina ke SPBU mengalami keterlambatan. “Mudah-mudahan tidak lama lagi minyak masuk," harap Andre.
Pengamatan Radar Bengkulu, antrean BBM di setiap SPBU mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. Seperti di SPBU Tanah Patah, jalan yang tadinya 2 lajur kini hanya bisa dilewati 1 lajur. Pada pukul 11.00, terhitung 75 unit mobil dan 60 unit motor mengantre. Pemilik kendaraan rela menunggu berjam-jam untuk mendapatkan jatah premium sebanyak 3 liter untuk motor dan 20 liter untuk mobil. Hingga pukul 17.00, antrean kendaraan terus terjadi dan jumlahnya tidak kalah berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Kondisi serupa terjadi di SPBU Simpang Bali, BBM belum masuk ke SPBU, antrean sudah berjejer tersusun. Sebanyak 89 motor dan 58 mobil mengantre. Berbagai macam cara yang dilakukan para pemilik kendaraan sambil menunggu BBM masuk, umumnya mereka mengumpul 4 orang hingga 6 orang sambil berbincang-bincang. Ada yang rela berada di dalam kendaraan mobil sambil menyandarkan badan ke jok mobil, ada yang sambil tiduran dengan mendengarkan musik dan ada pula yang tertidur lantaran keletihan.
Selain pemilik mobil, pemilik motor yang mengantre pun tidak kalah jauh berbeda melakukan hal yang tidak membosankan. Beberapa pemilik motor tetap berada di motornya masing-masing sambil bercengkrama satu sama lain. Ada yang berteduh di bawah pohon membaur dengan pemilik motor lainnya, duduk sendiri sambil menatap ke arah SPBU dengan berharap mobil pengantar BBM tiba.
Salah seorang pemilik motor Sudir (50) yang warga Jalan Bentiring mengatakan, dirinya sejak pukul 07.00 mengantre, namun hingga pukul 12.00 belum ada tanda-tanda mobil pengangkut BBM tiba di SPBU. “Apa penyebabnya? Saya tidak tahu," singkat Sudir.
Di SPBU Rawa Makmur tidak kalah berbeda. Ratusan motor sudah mengantre dari depan SPBU sampai berada persis di depan Ruko Sekretariat Selamet Grup. Satu ruas lajur jalan sudah penuh terisi motor tersusun menjadi 4 baris memanjang ke belakang. Pada pukul 12.13, sudah 351 unit motor mengantre dan pemilik motor membiarkan motornya diparkir dan memilih berteduh di depan-depan ruko. Beberapa petugas SPBU berseragam lengan panjang menggunakan topi mondar mandir mengatur barisan motor lain yang hendak mengantre.
Pukul 12.30, tepat di depan gerbang Unib Belakang kendaraan mobil sudah berjejer sampai ke SPBU, terhitung sekitar 259 unit mobil yang mengantre. Ironisnya lagi, biasanya angkot warna hijau B2 dan B1 lalu lalang baik dari arah Unib ke Pusat kota dan sebaliknya, kemarin terlihat lengang. Sebagian besar angkot hijau, kendaraan pribadi, dan angkutan truk sudah memenuhi barisan yang telah mereka atur sendiri.
Antrean di SPBU Jalan P Natadirja jauh lebih panjang. Antrean motor membentuk dua lajur, sedangkan antrean mobil dengan satu lajur hingga ke simpang 4 Panorama. Pemilik toko atau rumah yang merasa terganggu antrean pun memasang tanda berupa pohon, kursi dan lainnya untuk memberitahukan agar jalan menuju ke rumah, toko atau kantor agar tidak ditempati sebagai lokasi parkir untuk mengantre.
Bagaimana dengan pengecer? Pengamatan Radar Bengkulu, pengecer di hampir semua ruas jalan tidak menjual lagi eceran BBM. Menurut seorang pengecer yang enggan disebutkan namanya, kosongnya stok BBM karena dibeli pemilik kendaraan dan sudah mengalami kesulitan untuk mendapatkan BBM. “Biasa lah, pengawasan yang dilakukan di SPBU kan hanya hangat-hangat tahi ayam,” katanya.

Pertamina Lapor ke Polres
Terpisah, Kapolres Bengkulu AKBP H. Joko Suprayitno, SST, MK mengatakan, belum mendapatkan laporan mengenai dugaan ada penyeleweng atau penimbun BBM. Joko menyarankan agar Pertamina melapor apabila ada oknum tertentu yang sengaja berulang kali melakukan antrean minyak.
“Persoalan ini, bukan hanya terjadi di Bengkulu saja, melainkan di seluruh Indonesia. Pihak kepolisian bukannya tak melakukan upaya-upaya dalam mencari jalan keluar permasalahan ini. Buktinya, kami sudah meminta data dan menyurati Pertamina. Kami pun sudah mengundang seluruh pengelola SPBU yang isinya untuk mengikuti surat edaran Walikota yaitu untuk sepeda motor 3 liter dan mobil 20 liter. Apabila diketahui ada kendaraan yang berulang kali mengisi minyak untuk tidak dilayani dan bila perlu dicatat nomor pelat kendaraannya dan laporkan ke kami,” kata Joko.
Joko mengaku telah menyebarkan anggota untuk melakukan pengamanan di lokasi SPBU. Bahkan, dia telah memerintahkan SPBU untuk memperkerjakan satpam “Tanpa diminta pun, kami telah melakukan pengamanan di seputaran SPBU, anggota dari jajaran Intel, lantas dan Sabhara Polres serta Polsek telah ditugaskan di masing-masing SPBU. Tugas mereka juga mengambil laporan rutinitas di SPBU tersebut,” kata Joko. (cw21/lay)
Peminat Merajut Nusantara Masih Nihil?
Pejabat Dimintai Sumbang Bendera
        Dua minggu menjelang pelaksanaan kegiatan Merajut Nusantara, belum diketahui jumlah pendaftarnya. Sekretaris Panitia Pelaksana yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bengkulu Dr. Fitriani AP, M. Si saat ditemui mengaku belum mengetahuinya. “Saya belum tahu, tanya saja dengan Ketua Panitia,” kata Fitriani.
Sementara, Ketua Panitia Pelaksana yang juga staf Ahli Walikota Dani Hamdani M. Pd belum bisa dimintai keterangan. Dihubungi ponselnya, istrinya Sefty Yuslinah yang mengangkat ponsel. Menurut Sefty, Dani sedang melayani tamu. “Nanti akan disampaikan kepada Bapak. Pokoknya, nanti dikabari,” kata Sefty.

Realistis Saja 
Terpisah, Wakil Ketua I DPRD Kota Bengkulu Ir. Patriana Sosialinda mengkhawatirkan kebijakan Pemda meminta sumbangan bendera dari para pejabat akan memicu penyelewengan anggaran di masing-masing SKPD.
"Sumbang Rp. 50 ribu saja kadang orang berat, ini SKPD harus sumbang ratusan bendera bahkan untuk yang eselonnya lebih tinggi kabarnya lebih besar lagi sumbangan benderanya. Darimana uangnya? kantong pribadi? kami pikir berat itu," kata Patriana didampingi Anggota DPRD Kota Sandy Bernando, ST dan Suimi Fales, SH.
Patriana mengaku bukan bermaksud tidak mendukung atau tidak mau menyukseskan kegiatan merajut nusantara. Hanya saja, dewan coba mengajak untuk berfikir secara realistis saja. "Bukan apa-apa, realistis saja. Kegiatan tersebut memerlukan uang yang tidak sedikit, sedangkan kondisi keuangan daerah sedang kurang bagus. Jangan memaksakan,” kata Patriana.
Terpisah, Sekda Kota Bengkulu Drs. Rusli Zaiwin, MM mengatakan, sifat sumbangan tersebut tidak mengikat dan memaksa dan semua tergantung dengan kemampuan SKPD masing-masing. "Betul, memang sudah kami sampaikan di gedung C beberapa waktu lalu, bahwa seluruh SKPD diharapkan dapat menyumbang bendera. Tapi sifatnya tidak mengikat dan memaksa, tergantung kemampuan SKPD nya lah. Yang jelas jangan sampai terjadi potong anggaran," ujar Rusli.

Kontribusi Peserta Rp 4,12 Juta/Orang
Sebagaimana dicantumkan dalam formulir registrasi, calon peserta Merajut Nusantara dibebankan biaya kontribusi bervariasi tergantung fasilitas yang didapatkan. Untuk kontribusi peserta sudah termasuk hotel senilai Rp 2. 875.000 per orang, tanpa hotel Rp 1.765.000 dan bila membawa ajudan/pendamping harus membayar kontribusi tambahan senilai Rp 1.245.000 perorang.
Rusli menjelaskan, bentuk kontribusi bukan bermaksud untuk membebankan peserta, tapi mengingat merajut nusantara merupakan kegiatan bersama dan tidak mengunakan dana APBD Kota. "Ini kan kontribusi bersama, jadi semua orang untuk mensukseskan kegiatan ini harus saling berkontribusi, begitupun dengan peserta. Saya pikir untuk sebuah nilai nasionalisme kebangsaan, angka demikian tidak memberatkan," kata Rusli.
Rusli berharap semua pihak bisa menyukseskan dan mendukung kegiatan ini, mulai dari seluruh elemen masyarakat terkecil, RT, RW, Lurah, Camat, SKPD, dan sebagainya. "Kami sangat berharap besar seluruh pihak dapat mendukung dan mensukseskan kegiatan ini. Kegiatan ini kegiatan besar, selain dapat menjadikan kota Bengkulu akan semakin terkenal, kegiatan ini juga menjadi dasar semangat patriotisme dan nasionalisme seluruh anak bangsa," ujar Rusli yang ditemui berdialog dengan seluruh pemilik tower telekomunikasi se kota Bengkulu di ruang Walikota terkait Merajut Nusantara, Selasa (5/7). (jek)
PDAM Tolak Penuhi Permintaan Walikota
       PDAM Tirta Dharma Kota Bengkulu memastikan tidak akan memenuhi
permintaan Walikota Bengkulu H. Ahmad Kanedi, SH, MH agar mengeluarkan surat edaran untuk pelarangan konsumsi. Selain khawatir akan memicu protes dari warga, tindakan alternatifnya juga belum ada. "Sangat tidak mungkin kalau dilarang, mati sehari saja sudah banyak yang mengamuk ke PDAM. Belum lagi ganti kekosongan airnya nanti apa? Karena itu sampai hari ini edarannya tidak bisa kami terbitkan," ujar Direktur PDAM Tirta Dharma Kota Bengkulu Ichsan Ramli. SE, Senin (4/7).
Ichsan mengatakan, pihaknya masih menunggu fatwa yang kabarnya akan diterbitkan MUI Provinsi untuk mengharamkan pelaku pencemaran air. Sebagaimana pernah dilakukan oleh PDAM di Surabaya Jawa Timur, pihaknya sangat berharap MUI bisa menerbitkan fatwa haram tersebut. "Kami masih tunggu fatwa haram MUI untuk pelaku pencemaran tadi, cuma sayangnya sampai hari ini belum ada kabarnya," ujar Ichsan.
Ichsan mengatakan, polemik pencemaran air baku PDAM sudah saatnya dihentikan. Karena itu, dia meminta agar Pemerintah Provinsi dan Kota Bengkulu merespon usulan mengganti sumber air baku baru. Selain melindungi pelanggan 26.000 pelanggan PDAM dari efek pencemaran batu bara, penggantian sumber air baku diperlukan untuk menekan biaya operasional PDAM untuk mengatasi kekeruhan.
"Harus diakui, air baku di sungai Bengkulu sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk dibilang air baku yang ideal. Tanggungan kami untuk sekedar beli tawas, rata-rata setiap bulannya bisa mencapai Rp 60 juta per bulan, bahkan terkadang lebih tergantung dari kadar kekeruhan untuk di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Surabaya. Padahal kalau dihitung-hitung tanpa ada pencemaran kami bisa menghemat Rp 40 juta perbulannya," ujar Ichsan.
Sementara untuk pembelian tawas untuk mengolah air baku dari Air Sungai Nelas, Ichsan mengatakan dibutuhkan sedikitnya Rp 40  juta perbulan. Ichsan mengkhawatirkan, biaya pembelian tawas itu pun akan mengalami kenaikan. "Sebab, Nelas sekarang kualitas airnya juga sudah sedikit terganggu. Bisa jadi biaya tawasnya juga akan sama besar atau mungkin lebih dari biaya tawas untuk di IPAM Surabaya," ujar Ichsan.
Ichsan melanjutkan, air baku PDAM di IPAM Surabaya yang mengandalkan Air Sungai Bengkulu harus diganti dan segera dibangun IPAM baru. Area yang direkomendasi dan telah diajukan PDAM Kota yaitu Desa Susup, Pagar Jati, Bengkulu Tengah. Kuantitas dan kualitas air yang tersedia di Desa Susup dianggap memadai, bahkan bisa memenuhi kebutuhan air minum untuk di Benteng dan Kota Bengkulu.
"Pengajuannya sudah kami masukkan dan syukur sudah direspon Kementerian PU. Tinggal lagi koordinasi lanjutan dari Pemprov dan Pemkot untuk menindaklanjutinya. Soalnya dana awal untuk DED harus disediakan dulu oleh Pemprov atau Pemkot," kata Ichsan.

PDAM Berencana Setor PAD Ke Pemkot
Setelah terhenti hampir 13 tahun sejak 1998 akibat penormalan sistem pipanisasi dan penambahan jaringan baru PDAM, PDAM Kota baru kembali berinisiatif kembali rutin menyetorkan laba perusahaan ke Pemkot Bengkulu. Dalam Keputusan Direktur PDAM No. 30 Tahun 2011 tentang besaran setoran PAD ke Pemkot Bengkulu tersebut, dirancang setoran diberikan sebesar Rp 1.000 perpelanggan atau setara Rp 26 juta perbulan sesuai jumlah pelanggan aktif PDAM.
"Sudah kami susun rencananya, sementara masih Rp 1.000 perpelanggan. Jadi kalau dikalikan dengan 26.000 pelanggan aktif kami, sekitar Rp. 26 juta akan dimasukkan sebagai PAD Kota," ujar Ichsan.
Ditambahkan Ichsan, setoran PAD tersebut terpisah dengan pajak air yang selama ini dibebankan kepada PDAM Kota dari Pemkot. "Pajak air kan Rp 100 perkubiknya atau cuma Rp 5 juta perbulan kami setor. Yang Rp 26 juta tadi mirip dengan pembagian laba lah, tapi ini kan jadi PAD kota nanti namanya," kata Ichsan.

Pemkot Bentuk Forum Komunikasi Pelanggan
Terpisah, Asisten II Pemkot Bengkulu Ir. Efferedi Dameri yang juga selaku Badan Pengawas PDAM Kota ditemui usai berdialog dengan Direktur PDAM Kota Ichsan Ramli, SE di PDAM Kota, mengakui kerugian yang mendera tubuh PDAM. Biaya operasional yang dikeluarkan PDAM akibat pencemaran tersebut semakin bertambah.
"Jelas merugi, biaya operasional PDAM juga semakin besar, puluhan juta harus dikeluarkan untuk beli tawas. Apakah PDAM harus menuntut atau mensomasinya juga tidak bisa sembarangan. Yang pasti kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk menindaklanjuti masalah ini di tataran Provinsi sampai ketemu jalan keluarnya," ujar Efferedi.
Dalam waktu dekat ini, sambung Efferedi, akan diadakan agenda pembahasan bersama seluruh Badan Pengawas PDAM, IPAM Air Nelas dan Surabaya serta pihak PDAM Kota untuk menindak lanjuti masalah pencemaran. "Sekarang juga sedang dibuat Forum Komunikasi untuk pelanggan, sehingga apa yang dikeluhkan oleh pelanggan dapat tersalurkan dalam forum ini. Begitupun dengan reaksi berikutnya, PDAM dan Pemkot akan dapat lebih cepat menyikapi kondisinya nanti," tambah Efferedi. (jek)

Mantan Manajer Jadi Pebisnis Ice Cream Terbesar
Modal Untuk Tes CPNS Jadi Modal Awal Usaha 

Keputusan Asrar Septarudin, SE yang sebelumnya menjabat manajer perusahaan retail buku tertua di Indonesia, PT. Toko Gunung Agung, Tbk menjadi penjaja ice cream keliling, tergolong keputusan besar. Setelah berproses selama sejak 2006, dia berhasil menjadi pemilik ice cream pertama dan terbesar di Bengkulu.
"Ada yang tidak bisa dibayarkan dengan uang. Mumpung umur masih muda, kalau mau belajar usaha selagi nafas, tenaga, dan kekuatan masih ada serta kemampuan untuk berpikir jenih tetap ada, peluang usaha itu banyak. Kalaupun jatuh nanti, tenaga untuk bangkit juga masih ada. Jadi, apa yang mau Anda lakukan ya kerjakan saja, jangan pedulikan apa kata orang," kata Asrar, Minggu (8/5).

Harry Siswoyo, Bengkulu 

Pria kelahiran 1976 yang juga akrab dipanggil Dang atau Buyung di lingkungan tempat tinggalnya ini, meraih sukses sebagai pemasok ice cream di Mega Mall dan Bengkulu Indah Mall, pesta-pesta pernikahan dan bahkan setiap event open house yang diselenggarakan oleh Gubernur atau Walikota dan Bupati. Asrar mampu meraih omzet puluhan juta rupiah, bahkan untuk setiap minggunya sedikitnya 14 freezer untuk wadah cup ice cream kerap dipakai untuk mengisi pesta pernikahan. "Kalau order lagi banyak atau lagi musim kawinnya, terkadang saya harus pinjam lagi freezer. Nggak cukup kalau cuma 14 buah," ujar Asrar sambil bergurau.
Diceritakan pria lulusan STIE YPKP Bandung, Jawa Barat ini, pasca kelulusannya pada 1998, Asrar langsung diterima bekerja di PT. Toko Gunung Agung, Tbk. Memulai dari karyawan training rendahan di Bandung hingga dengan 2004 karena prestasi dan dedikasinya Asrar dipromosikan untuk menjadi Head Of Merchandise Office Supply. Kemudian Asrar ditarik ke Jakarta untuk menduduki posisi manager yang membawahi 27 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Asrar harus bolak balik ke Bandung karena dua orang anak dan istrinya masih tinggal di Bandung. Akhirnya Asrar memberanikan diri untuk memohon kepada pimpinannya untuk minta dikembalikan ke Bandung agar dapat lebih dekat dengan keluarganya. Pucuk pimpinan PT. Toko Gunung Agung, Tbk merestui. Namun, Asrar harus turun grade. Posisi manajer tidak lagi dipegangnya karena dia harus kembali lagi ke cabang di Jawa Barat.
"9 bulan saya jadi manajer Head Of Merchandise Office Supply di pusat (Jakarta). Tepat 30 tahun usia saya akhirnya saya mengajukan diri untuk resign (berhenti), dengan izin ortu dan istri, saya putuskan untuk tidak lagi jadi manajer, dan bahkan lucunya saat itu saya belum ada rencana untuk jadi apa selanjutnya nanti," kenang Asrar
Pasca berhentinya Asrar jadi manajer, sepulang kedua orang tuanya dari tanah suci, ayahnya bercerita tentang ice cream di tanah suci, banyak sekali yang menjual dan rasanya sangat nikmat. Senada dengan yang dipikirkan Asrar selama ini karena kebetulan di Bandung memang banyak yang menjajakan ice cream sehingga pernah terbersit di hati Asrar untuk mencoba berjualan ice cream tersebut
"Awal 2006 itu kan penerimaan CPNS. Sempat juga saya berdebat dengan orang tua karena pada saat itu uang untuk persiapan masuk CPNS saya punya dari tabungan. Walhasil, setelah perdebatan, saya putuskan dengan dukungan istri, Rp 50 juta simpanan saya itu akhirnya dijadikan modal untuk jualan ice cream," ujar Asrar bersemangat.
Berbekal Rp 50 juta, Asrar membeli peralatan dan perlengkapan ice cream seperti motor roda tiga, mesin ice cream, genset dan lainnya. Asrar nekat pulang ke Bengkulu dengan meninggalkan kedua orang anaknya dan istri tercinta di Bandung. "Saya berjanji kepada istri, kalau nanti saya tidak berhasil secepatnya saya akan kembali ke Bandung. Tapi kalau berhasil, secepatnya juga saya akan membawa serta anak dan istri ke Bengkulu, kami akan pindah dan menetap di Bengkulu." ujar pria yang juga merupakan sepupu dekat dari Mahyudin Sobri ini.
Merangkak dari orang yang biasanya bergaji bulanan dan bekerja di ruang AC, Asrar menapaki jalur barunya dengan berdagang ice cream keliling di Bengkulu. Nama ZaQi ice cream diambil dari nama dua orang anaknya, Zahrah dan Rizqi. Dari pagi hingga magrib, Asrar berkeliling dari pusat perbelanjaan, pasar, sekolah hingga pusat wisata Pantai Panjang. "Dulu selain promosi dengan berkeliling, saya suka kasih ice cream gratis untuk anak kecil. Jadi biar mereka juga yang bantu promosinya," kenang Asrar sambil tersenyum.

Selama 2 bulan berkeliling jualan sendiri dan melihat animo masyarakat Bengkulu cukup tinggi, dia pun memperkerjakan 1 orang karyawan tambahan. "Saya yakin sekali usaha ini akan besar, akhir Juli anak dan istri saya boyong ke Bengkulu. Kemudian Agustus, saya nekat juga untuk membeli 1 mesin ice cream lagi, karena karyawan saya tadi sudah bisa dilepas bekerja sendiri," beber Asrar.
Sampai dengan saat ini, Asrar sudah memiliki 5 mesin ice cream, 14 buah freezer kecil, 3 buah freezer besar (untuk stok), 2 unit motor roda tiga, 1 unit mobil ice cream keliling dan dua counter resmi ZaQi ice cream di Mega Mall dan Bengkulu Indah Mall. Karyawan yang sudah diperkerjakan Asrar sudah mencapai 14 orang untuk di mall dan 3 orang sebagai penjaja keliling yang menggunakan mobil. "Sebulannya biaya yang harus saya keluarkan bisa mencapai Rp 40 juta untuk operasional," ujar Asrar.
Pria yang juga menjual Royal creepes di Mega Mall dan BIM ini juga mengaku sempat mengalami kerugian. "Tahun 2008 saya pernah rugi Rp. 10 juta, 2009 Rp. 20 juta dan tahun lalu (2010) lebih besar lagi. Tapi saya tetap yakin dan optimis, selama kita jujur dan giat pasti akan terlewati, rugi itu sudah bagian dari bisnis," tandas Asrar.
Asrar berencana akan membuat semacam ice cream resto. Sebab, banyak orang yang berkunjung ke rumahnya untuk mencari ice cream, justru tidak ada. Orang harus ke Mega Mall dan BIM kalau mau cari ice cream. "Kan lucu, di rumah tukang ice cream nggak ada ice creamnya. Jadi, konsep dan rencananya sedang saya buat sekarang, Insya Allah, nanti di depan rumah mau saya buatkan tempat orang istirahat dan berbelanja ice cream," harap Asrar. (jek)
Djumarin, Sang Penghalau Hujan

      Percaya atau tidak, mitos orang-orang yang bisa menghalau hujan atau 

memindahkan awan, pengendali cuaca, dukun siwer atau entah apalagi istilahnya, jelas bukan 

barang baru di negara kita. Bahkan tak jarang, khususnya untuk acara-acara besar mereka 

diundang. Mulai dari masyarakat biasa sampai dengan pejabat tinggi negeri ini pernah 

berhubungan dengan para penghalau hujan ini.  Bahkan konon kabarnya, Cina waktu 

penyelenggaraan olimpiade Beijing (2008) juga sibuk mengantisipasi hujan, isunya mereka 

menyiapkan tiga teknologi mutakhir untuk menghindari hujan. Pertama, berupa meriam penangkis 

udara yang berisi garam iodium untuk mengikat butiran air di awan. Keduanya, dengan 

menyediakan peluncur roket jika upaya pertama gagal dilakukan, dan yang ketiga dengan 

menggunakan pesawat ringan untuk menebarkan katalis pada awan hitam. Dan terbukti, dengan 

upaya pertama saja mendung berhasil disingkirkan dan olimpiade berlangsung tanpa hujan.
Teknologi mahal ini, untuk ukuran Indonesia rupanya cukup digantikan dengan para penghalau 

hujan atau yang akrab di telinga kita dengan sebutan Pawang hujan ini. Konon katanya hanya 

orang-orang tertentu yang bisa memilikinya atau memang sudah keturunan dari sononya. 

Terlepas dari isu praktik klenik atau bukan, pelaku pawang hujan hidup dan hadir 

ditengah-tengah masyarakat kita.
Seperti disampaikan Djumarin (51), pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku sudah selama 

seperempat abad berprofesi sebagai pawang hujan di Bengkulu. Keahlian yang diyakininya 

diturunkan oleh nenek moyangnya, Djumarin lumayan tersohor diantara para pawang hujan 

lainnya yang ada di Bengkulu. Djumarin kerap diundang ke Lampung, Jambi dan beberapa 

penyelenggara event besar untuk, seperti Konser Djarum di Bengkulu, launching perdana XL, 

pembukaan festival tabot, bahkan sampai untuk acara kawinan, kredibilitas Djumarin 

menaklukkan hujan sampai hari ini masih dipercaya masyarakat. 
"Udah banyak yang minta dibantuin biar acaranya nggak batal karena hujan. Saya saja sudah 

hampir hampir lupa kapan saja waktunya. Kalau Jambi dan Lampung udah sering saya 

diikutsertakan sama pejabatnya," ujar Djumarin dengan logat Jawanya yang kental.
Keahliannya menghalau hujan ini, cerita Djumarin, sudah dimilikinya semenjak usia 17 tahun. 

Didapatkannya melalui mimpi (wangsit), Djumarin muda akhirnya mendadak bisa menghafal dan 

membacakan seluruh doa dan jampi untuk menghalau hujan atau mengobati orang sakit. Namun 

demikian lanjut Djumarin, dirinya tidak langsung berpongah diri, untuk lebih memperdalamnya 

Djumarin juga tetap belajar dengan guru atau yang dituakan dan dianggap memiliki kemampuan 

yang sama. Delapan tahun Djumarin memperdalam keahliannya, dan delapan tahun juga Djumarin 

belum berani menunjukkan kemampuannya. "Yang tua-tua kan banyak, nggak mungkinlah saya yang 

masih muda sudah berani bilang bisa usir hujan. Saya tetap belajar kok, guru saya banyak ada 

11 orang, tapi sayang semuanya sudah wafat. Umur 25 saya baru berani mempraktikkan ilmu 

saya," kenang Djumarin.
Dalam prosesi ritual pengusir hujannya, diceritakan Djumarin, hanya membutuhkan waktu kurang 

lebih 1 jam melakukannya. Seluruh kelengkapan dan peralatan ritual seperti, bunga Kantil 3 

biji, bunga mawar merah dan putih masing-masing 3 kuntum, kenanga 9 tangkai, kemenyan arab, 

Rokok Gudang Garam Merah 1 bungkus, Telur ayam kampung 3 butir, alat makan sirih 1 set 

lengkap, nasi bulat (golong, Jawa. Red) 7 buah, nasi tumpeng ayam bakar 1 porsi dan 1 posri 

lagi pakai urap, nasi rosul (nasi gemuk) berlauk ayam Ingkung 1 porsi, minyak Fanbo Gloria 5 

1 buah, dan 2 helai janur kelapa muda, harus disiapkan oleh pemohon atau yang punya hajatan, 

kecuali pemohon memiliki keterbatasan waktu, Djumarin bersedia menyiapkan semua kelengkapan 

ritual tersebut dengan beban biaya ditanggung oleh pemohon. "Kalau nggak lengkap 

perlengkapannya, kemungkinan terkabul kecil. Saya ini cuma memfasilitasi doa dan berpamit 

kepada penguasa awan, angin, air dan tanah, semua keputusan tetap atas persetujuan yang di 

atas (Allah S.W.T)," ujar Djumarin
Setelah semua ritual siap, lanjut Djumarin, doa ritual baru bisa dilaksanakan. Biasanya 

Djumarin memilih tempat yang jauh dari keramaian (tempat acara), bisa di kamar, dalam mobil 

atau mungkin juga di lapangan khusus. Pemilik acara hajatan juga harus ikut atau hadir saat 

Djumarin melakukan ritualnya. Diyakini Djumarin, untuk menunjukkan kepada yang di atas, 

bahwa mereka sebetulnya yang memohon izin untuk memindahkan hujan. Djumarin hanya sebagai 

mediatornya saja. 
"Orang rumahnya harus ikut juga dengan saya. Jadi, kalau nggak ada kamar atau tempat khusus, 

biasanya dalam mobil, seperti konser musik di Ketahun dulu, saya harus duduk di dalamnya," 

terang Djumarin.
Jauh sebelum prosesi ritual pemindahan hujan, ditambahkan Djumarin, umumnya para 

penyelenggara kegiatan atau hajatan harus memberitahukan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum 

pelaksanaan, agar Djumarin dapat mempersiapkan diri. Diceritakan Djumarin, dirinya harus 

suci dari segala macam kotoran, dan rutin untuk melakukan wiridan.
 "Bercampur dengan istri pun tidak bisa, biar doa yang saya panjatkan lebih mujarab," ujar 

Djumarin.
Untuk tarif, ditambahkan Djumarin, tidak pernah dirinya memasang tarif khusus, semuanya 

tergantung keikhlasan dari pemilik hajatan. Umumnya, lanjut Djumarin, sekali diundang untuk 

menolak hujan, dirinya dibayar Rp 2,5 juta per hari atau Rp 6 juta untuk 1 minggu. "Kalau 

kawinan, biasanya orang cuma kasih uang saku, kadang ada yang kasih Rp 250 ribu. Yang pasti 

saya tidak ada tarif khusus kok," ujar Djumarin.
//Tidak Boleh Menanam Karena Selalu Mati, Pernah Jadi Penggali Sumur,
Pria yang sempat menamatkan sekolahnya di Pendidikan Guru Agama Darul Ulum, Banyuwangi pada 

tahun 1982 ini, sebelum memutuskan untuk hijrah ke Bengkulu pada tahun 1993, diceritakan 

Djumarin, waktu informasi kelulusan, Djumarin sempat ditakut-takuti tidak lulus dan harus 

mengulang kembali tahun depan. Djumarin muda yang masih dipenuhi gelora muda ini akhirnya 

mengambil jalan pintas, dengan mengancam dan memukuli salah seorang gurunya, walhasil 

Djumarin lulus namun tidak berijazah. "Kalau surat tanda tamatnya ada saya, tapi ijazahnya 

ditahan. Ya itu tadi, karena saya pukuli gurunya, karena menakut-nakuti saya," ujar Djuamrin 

polos
Pasca kelulusannya, Djumarin nekat merantau ke Lampung, dan untuk memenuhi kebutuhan 

hidupnya, lanjut Djumarin, dirinya akhirnya melamar sebagai tenaga guru di salah satu 

Sekolah Dasar yang ada di dusun Sri Meranti (Lampung), Djumarin lolos, namun sayang karena 

tidak punya uang Rp. 1,5 juta, akhirnya dirinya batal jadi guru, dan kemudian memutuskan 

diri bekerja sebagai petugas pencatat nikah di Lampung, "4 tahun saya jadi pencatat nikah. 

Mau jadi guru, uang nggak ada, waktu itu sekitar tahun 82 an lah," kenang Djumarin

Setelah meminang Siti Sukantitiwi, gadis asal Ponorogo yang tinggal di Lampung. Sekitar 

tahun 89', tambah Djumarin, akhirnya memboyong istrinya untuk pindah ke Bengkulu, di desa 

Talang Sali, Bengkulu selatan waktu itu. "Cari kerja susah, buka ladang gagal terus. 

Akhirnya saya sama istri 10 tahun jadi tukang gali sumur, kira-kira anak pertama saya kelas 

4 SD baru saya berhenti dan kemudian menetap di Bentiring," kenang Djumarin

Anehnya, kendati sampai dengan saat ini, pria 3 orang anak ini sudah memiliki rumah sendiri, 

sawah dan kebun sawit, anak pertamanya bahkan sekarang masih duduk di semester III, PGSD 

Unib. Djumarin tidak pernah bisa bercocok tanam, menurut Djumarin, tangannya kalau memegang 

tanaman pasti tidak akan hidup, "Kurang tahu saya apakah ini tuah atau pantangan untuk saya, 

tapi yang jelas setiap mau tanam apa saja, seperti cabe, besoknya pasti mati," ujar Djumarin

Anak ke sepuluh dari 14 bersaudara ini menuturkan, kedepan anak perempuan pertamanya (Siti 

Fatimah), dapat segera menamatkan kuliahnya untuk kemudian bekerja di perusahaan besar, 

untuk dapat membantu ibu dan kedua adiknya, "Saya pengen Ia jadi orang besar, rumahnya sudah 

saya belikan di Lampung. Kalau sekarang ditunggu oleh mertua, untuk bekal Siti besok," ujar 

pria yang tinggal di jalan pondok bulat, Bentiring ini (jek)

Bangunan di Sawah 
Dusun Besar Ada IMB

Kata Kadis 
Tata Kota Ilegal 

RBI, BENGKULU - Kepala Dinas Tata Kota dan Pengawas Bangunan, Ir. Sahlan Sirad memastikan tidak pernah menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di sawah sepanjang jalan dari Danau Dendam hingga Markas Brimob. Kalaupun ada, itu IMB dipastikan ilegal atau palsu. Sebab sudah menjadi ketentuan Dinas Tata Kota dan Pengawas Bangunan untuk tidak menerbitkan atau menunda pengajuan IMB di lokasi tersebut.
"Sekali lagi saya katakan tidak ada IMB itu, kalaupun ada itu mungkin saja palsu atau ilegal," tegas Sahlan Sirad.
Terkait penertiban bangunan yang diduga melakukan praktik alih fungsi lahan, Sahlan menegaskan, hal tersebut adalah sepenuhnya tanggung jawab Dinas Pertanian dan Dinas PU. Sebab berdasarkan komitmen, seharusnya penertiban dilaksanakan 14 hari setelah hearing dilakukan. Sahlan menilai realisasi oleh dewan dan dinas terkait terlalu lamban.
"Tanyakan saja kepada dewan dan dinas yang lain. Kenapa belum dilakukan penertiban. Kita Dinas Tata Kota sudah melakukan tugasnya untuk tidak menerbitkan IMB baru lagi," tukas Sahlan.
Informasi yang berkembang, kuat dugaan sebagian pemilik bangunan yang berada di kawasan CADB dan sekarang sudah mulai memagari bangunannya dengan tembok permanen adalah orang kuat. Bahkan ada yang merupakan pegawai dari Pemkot Bengkulu sendiri. Sehingga berat kemungkinan untuk ditertibkan.
Seperti disampaikan Kadi, salah seorang pemilik ruko di kawasan Dusun Besar, ia heran mengapa rukonya diusik. Padahal ia punya IMB. "Saya memang punya bangunan di sana, dan punya IMB. Kenapa yang lahan saya terus yang diusik, kenapa bukan yang lain seperti yang pegawai pemkot itu, atau yang kepala dealer terbesar di Bengkulu itu. Jangan saya terus," ujar Kadi.
IMB Kadi di areal tersebut, lanjut Kadi, dibuatnya pada tahun 2010. IMB tersebut kini sedang dijaminkan di bank. "Maaf, IMB saya sedang disekolahkan di Bank, jadi belum bisa bantu. Tapi yang jelas saya ada kok, tidak mungkin saya akan buat ruko di sana, kalau tidak ada IMB," tegas Kadi.
Sementara itu, Marjoyo (51) salah seorang pemilik rumah makan 'Pondok Giya' yang juga merupakan area yang dianggap termasuk areal persawahan, menilai bahwa tidak sepantasnya Kadis Tata Kota dan Pengawas Bangunan menyatakan IMB yang dimiliki oleh warga adalah palsu atau ilegal.
"Selidiki dulu darimana asal IMB itu keluar. Mungkin saja terbitnya sebelum Sahlan yang pegang kepala dinasnya," ujar pria yang juga Pembantu Ketua II STIA Bengkulu ini. (jek)

Ada IMB Baru di CADB Bisa Dipidana
       Jika ada masyarakat yang mengaku memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di areal persawahan di sekitar Cagar Alam Dusun Besar (CADB) Danau Dendam Tak Sudah, bisa dipidana. Selain sudah melecehkan hasil kesepakatan antara Pemkot Bengkulu dan warga, pemilik IMB bisa diproses hukum karena sudah melanggar aturan.
"Tidak ada penambahan atau penerbitan IMB baru di CADB. Pengajuan IMB yang lama saja masih ditunda. Ini kan sudah kesepakatan hearing lalu, kalau masih ada yang menerbitkan atau terbukti memiliki IMB baru, secepatnya akan kami proses, kami akan segera awasi ini," kata Anggota Komisi II DPRD Kota Bengkulu, Sandi Bernando, ST, Rabu (11/5).
Memang, lanjut Sandi, pembahasan penyelesaian masalah pengalihfungsian lahan di CADB belum tuntas. Dikarenakan, penyelesaiannya harus melibatkan Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kota dan Dinas PU Kota. Untuk tahap awal, difokuskan terhadap bangunan yang mengganggu aliran air irigasi.
"Untuk itu, bangunan yang merusak atau menutupi saluran irigasi harus dibongkar atau dipindahkan. Sebagai penanggungjawab pelaksanaannya dilimpahkan lah kepada Dinas PU," jelas Sandi.
Sementara Dinas Pertanian dan Peternakan diberi tanggungjawab untuk melakukan pengawasan. Dinas Pertanian dan Peternakan telah memasang tanda-tanda peringatan di sepanjang areal persawahan. Sedangkan untuk Dinas Tata Kota dan Pengawas Bangunan diinstruksikan untuk menunda penertiban IMB baru.
Sandi menambahkan, sesuai pengaduan Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Irigasi di DPRD Kota beberapa waktu lalu, hajat hidup orang banyak sangat tergantung dengan kelancaran aliran air irigasi tersebut. Sebab, air irigasi tersebut dibutuhkan untuk pengairan ratusan hektar sawah.
"Jangan sampai ada yang merugikan yang lain lah. Kasihan petani yang sekarang sedang dalam musim tanam. Jadi, kalau memang ada rekan atau warga yang melihat atau mempunyai bukti ada yang memiliki IMB baru, tolong laporkan segera. Kami akan tindak, termasuk yang mengeluarkannya," ujar Sandi. (jek)

Asal Irigasi Tetap Jalan
Pemilik bangunan di sekitar wilayah sengketa alih fungsi lahan di Cagar Alam Dusun Besar (CADB), akui tidak ada masalah lagi dengan rencana penlarangan pendirian bangunan di sekitar areal persawahan. Seperti diungkapkan Tarmizi (43), pria yang memiliki bangunan di sekitar areal persawahan danau dendam ini, justru baru saja menuntaskan penimbunannya dan pemagaran tembok, untuk penanda bangunan miliknya.

"Tidak ada masalah lagi itu, jadi tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Sesuai dengan kesepakatan lalu, untuk bangunan yang ada di sepanjang jalur kanan kita sudah aman, yang bermasalah itu bangunan yang di lajur kiri, tidak boleh nambah lagi bangunannya," ujar Tarmizi sambil menunjukkan bangunan di depan rumahnya

Seharusnya, menurut Tarmizi, yang harus disalahkan itu adalah Dinas Tata Kota dan Pengawas Bangunan, kenapa mereka sampai bisa mengeluarkan IMB dan kemudian mempermasalahkannya. "Kami punya semua IMB nya, yang penting itu bangunannya jangan sampai menutup aliran air irigasi sawah kata orang Pertanian" ujar Tarmizi

Sebab, lanjut Tarmizi di sekitar areal persawahan memang ada dua jalur irigasi yang mensupply air ke ratusan petak sawah yang ada di Dusun Besar sampai ke Tebeng, sehingga penambahan bangunan dikhawatirkan akan mengurangi jumlah kiriman air ke sawah yang lain. "Itu sudah saya siapkan 4 pipa paralon besar, biar aliran airnya tetap jalan. Kami tidak merusak irigasi kok, malahan saya pakai biaya sendiri membenahinya," ujar Tarmizi

Sebagian besar ruko atau bangunan yang ada di pinggir areal persawahan, menurut Tarmizi, sebagiannya memang bangunan baru namun ada juga yang sudah puluhan tahun berdiri, jadi ketika wacana penlarangan pembangunan baru tersebut, sebenarnya banyak masyarakat yang tidak faham maksudnya, namun demikian lanjut Tarmizi, masyarakat yang sudah terlnjura membangun bangunan di sekitar areal persawahan, tetap patuh terhadap aturan pemerintah dan membuat IMB, "Kalau memang dianggap bermasalah, kenapa ditandatangani pak Walikota IMB nya. Kita yang sudah puluhan tahun hidup disini, kok tiba-tiba dianggap tidak ber IMB!," tukas Tarmizi

Terpisah, salah seorang warga yang namanya tidak mau disebutkan, yang juga tinggal di areal persawahan CADB, mengungkapkan bahwa polemik IMB ilegal yang ditimpakan kepada mereka  justru karena ada permainan politis di tataran pejabat, "Ini kan hanya trik pejabat, IMB kami dianggap ilegal, biar tidak ada bangunan lagi di sekitar sini. Biar rencana pembangunan ring road mereka disini tetap jadi, coba mana yang lebih parah dibandingkan dengan bangun ring road disini," ujarnya (jek)

Citra Kanedi Ikut Tercemar 
       Masalah pencemaran air Sungai Bengkulu ikut mencemarkan citra Walikota Bengkulu H. Ahmad Kanedi, SH, MH. Apalagi, bila Pemkot sama sekali tidak punya political will untuk menyikapi masalah air Sungai Bengkulu yang menjadi air baku PDAM Kota Bengkulu tersebut.
" Lihat saja, yang mengeluhkan air tercemar ini bukan sedikit orang. Besar kemungkinan bang Ken dianggap gagal merespon kebutuhan dasar warga dan kemudian mencederai citra politiknya," kata Anggota BEM Unib Dedy Supriadi, Sabtu (2/7).
Guna memulihkan kondisi tersebut, lanjut Dedy, sepantasnya Kanedi segera mengambil tindakan. "Terserah apakah nanti bentuknya bisa cuma lip service saja atau sesaat, yang pasti harus ada respon dulu. Bang Ken, sudah banyak terkena masalah. Jangan gara-gara tidak tanggap terhadap PDAM dan sibuk dengan aktivitas seremonial, justru membentuk opini negatif terhadap dirinya," kata Mahasiswa Fakultas ISIPOL ini.
Anggota BEM Fakultas Ekonomi Unib Ade Kurniawan (24) juga menilai kelambanan respon adalah bentuk kelalaian Pemkot terhadap kepentingan warga. Krisis air bersih yang melanda Muara Bangkahulu dan Sungai Serut, sangat memungkinkan akan berakibat pada krisis kepercayaan warga terhadap kepemimpinan Kanedi. "Krisis air bersih sudah, tinggal lagi menunggu krisis kepercayaan warga terhadap Bang Ken," ujar Ade.
Terpisah, Direktur KKI Warsi Bengkulu Nurkholis Sastro mengatakan, selaku pucuk pimpinan, Walikota Bengkulu harus berorientasi pada kepentingan publik. Lambanan respon Pemkot menyikapi masalah pencemaran bisa dinilai sebagai bentuk kegagalan Pemkot dalam mengawasi kebutuhan dasar warga kota.
"Indikator kemampuan pencitraan kepemimpinannya kan ini. Jika pencemaran air minum ini saja tidak tertangani, dapat kita simpulkan bahwa Kanedi tidak punya komitmen terhadap kepentingan publik," ujar Sastro.
Kedepan, sambung Sastro, Walikota terpilih sepantasnya harus punya konsep-konsep tentang kebutuhan air warga. Sudah bukan cerita barujika air bersih yang layak dan sehat sudah menjadi masalah besar di setiap perkotaan. Tiap tahunnya mengalami kekurangan dan masalah akibat pencemaran dan lain sebagainya.
“Artinya, warga harus selektif lah. Jika pemimpinnya sudah tidak punya komitmen lagi untuk kepentingan publik, ya tidak usah dipilih menjadi pejabat publik lah. Air bersih salah satunya, jika Walikota tidak punya pemikiran strategis tentang air. Silahkan simpulkan saja bagaimana kedepannya," kata Sastro. (jek)

Merajut Nusantara Singkirkan Masalah Air PDAM Tercemar
       Pemda Kota sedang sibuknya mempersiapkan kegiatan Merajut Nusantara yang akan dilaksanakan pada 18 – 24 Juli 2011. Sementara, warga meresahkan masalah air baku PDAM yang tercemar. Warga menilai persiapan kegiatan skala nasional tersebut telah melupakan Pemkot untuk menyikapi masalah krusial tersebut. "Entah lupa atau disengaja, sepertinya Merajut Nusantara lebih bergengsi diurusi ketimbang nasib warga kota yang hampir tiap hari minum air tercemar," kata seorang warga Kelurahan Kandang Limun RT. X Harmidi (40), Kamis (30/6).
Pasca dieksposnya hasil penelitian tim Terpadu Provinsi Bengkulu yang menyatakan Air Sungai Bengkulu yang merupakan air baku PDAM beberapa waktu lalu, lanjut Harmidi, harusnya Pemkot langsung merespon. Setidaknya menyerukan himbauan agar warga tidak menggunakan air PDAM tersebut untuk konsumsi rumah tangga untuk sementara waktu.
"Minimal himbauan lah, bahwa air ini tidak layak lagi untuk konsumsi dan lain sebagainya. Apakah nanti akan menggunakan mobil tangki air bersih atau mungkin juga dibuatkan fasilitas air bersih bersama, ini lah bentuk tindakannya," kata Harmidi.
Seragam dengan Harmidi, warga jalan Budi Utomo Kelurahan Beringin Raya Unib Depan Mardani (42) juga mengeluhkan kelambanan sikap Pemkot. "Harusnya kalau memang peduli dengan warga, Walikota responnya dua kali lebih cepat tanggap terhadap tercemarnya air di PDAM, daripada menanggapi undangan hadir di kegiatan seremonial yang lain," kata Mardani.
Selain efek yang ditimbulkan dari tercemarnya air PDAM membahayakan, lanjut MArdani, masih banyak warga di jalan Budi Utomo belum mengetahui informasi tentang tercemarnya air di PDAM. "Bukan apa-apa. Selain dampaknya besar. Kami warga disini juga banyak yang belum tahu betul informasi tercemarnya air minum ini," ujar Mardani.
Untuk itu, Mardani berharap Walikota dapat menunjukkan reaksi sesegera mungkin untuk menyikapi permasalahan tersebut. "Harus cepat responnya. Jangan cuma merajut nusantara saja yang dipikirkan. Pikirkan juga nasib anak dan keluarga kami yang minum air racun setiap hari ini," sindir Mardani.

Unib Ragukan Hasil Penelitian Tim Terpadu
Pengamat Kimia Lingkungan Drs. Bambang Trihadi, MS yang juga Pembantu Dekan III Fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Unib menyangsikan hasil kajian yang dilakukan oleh tim terpadu Pemda Provinsi. Hasil penelitian tim terpadu yang menyatakan kadar logam yang mencemari air Sungai Bengkulu adalah Seng, Mangan dan Sr (Strongsium) diduga tidak mengena dengan aktivitas di hulu Sungai yang merupakan lokasi awal pencemaran. "Kandungan logam yang terkandung dalam sungai itu kan ditentukan dari aktivitas yang terjadi di hulunya. Diluar itu adalah proses alamiah. Artinya wajar-wajar saja ada kandungan logam. Ini kan aneh, di hulu ada pertambangan, perkebunan dan pengolahan karet kok yang yang dipaparkan logam akibat electro platting (pengolahan logam). Emangnya ada di ya hulunya?" kata Bambang seraya bertanya.
Harusnya untuk Seng dan Mangan tidak perlu ada dalam hasil penelitian tersebut, lanjut Bambang, karena dalam kadar tertentu Seng dan Mangan justru dibutuhkan oleh tubuh untuk metabolisme. Artinya, sambung Bambang, ada kemungkinan bahwa pengambilan sampel atau wilayah teliti yang dilakukan tidak tepat dan sesuai dengan aktivitas yang terjadi di hulu. Terlepas apapun kandungan logam yang sudah dipaparkan tim terpadu tersebut, lanjut Bambang, Pemkot selayaknya segera melakukan tindakan antisipatif dengan segera membentuk tim penelitian.
"Pemkot harus bentuk tim segera, libatkan PT dan ahli. Baru nanti terbaca bagaimana tindak lanjutnya kedepan. Apakah akan diberhentikan dulu konsumsinya atau mungkin yang lainnya. Yang pasti harus ada tindakan lah dari Pemkot. Jangan cuma diam saja," ujar Bambang
Terpisah, Wakil Ketua  Komisi II DPRD Kota Bengkulu Sujono, SP, mengatakan, secara posisi persoalan penecemaran ini adalah dilematis. Di satu sisi sebagai korban Pemkot tidak punya kewenangan lebih, disisi lain warga mau tak mau mengkonsumsi air tercemar tersebut.
Namun terkait nasib warga, sepantasnya Pemkot melayangkan himbauan.  Baik ditujukan ke Pemprov untuk mengambil tindakan terhadap pencemar ataupun ditujukan ke warga untuk tidak mengkonsumsi air PDAM untuk sementara. Terkait kemungkinan penghentian sementara aktivitas PDAM di Surabaya, Sujono menentang wacana tersebut. "PDAM ini kan kena getahnya saja. Penghentian ini tidak menjawab persoalan, yang dihentikan itu pencemarnya, bukan PDAM nya," kata Sujono. (jek)
Keluhan Warga Tekait Air PDAM Tercemar Didata 
Kepedulian Pemkot Dibutuhkan
       Kecamatan Muara Bangkahulu dan Sungai Serut akan mendata keluhan warga terkait air PDAM yang tercemar. Pendataan akan dilakukan dengan menggelar temu koordinasi dengan lurah dan warga yang akan digelar dalam waktu dekat ini. Camat Muara Bangkahulu Endang Sumantri, S.Sos, dan Camat Sungai Serut Fajrul Apandi, S.Sos secara terpisah mengungkapkan hal tersebut.
"Keluhan warga memang ada, namun belum ada yang secara tertulis ke Saya. Karena itu, kami berinisiatif merencanakan temu koordinasi dengan lurah dan warga kami, agar dapat mendata dan mencatat keluhan warga tentang pencemaran ini," ujar Endang, Selasa (28/6).
Selain dapat mengetahui berapa jumlah dan luasan warga yang terkena dampak, lanjut Endang, diharapkan bisa menjadi rekomendasi untuk mendesak Pemkot dan BLH Kota segera menentukan sikap dan tindakan yang konkret guna menjawab persoalan pencemaran air baku PDAM tersebut.
"Kami berharap sebenarnya ini cepat ditanggapi. Namun karena ini bicaranya banyak kewenangan, mudah-mudahan dengan langkah awal kami melalui pendataan tertulis dan koordinasi ke Kelurahan ini, Pemkot atau BLH dapat segera merespon dan menindaklanjutinya," ujar Endang.
Fajrul juga mengatakan, kendati aduan atau keluhan warga tentang pencemaran ini secara tertulis belum pernah masuk ke Kecamatan Sungai Serut, namun pihaknya segera akan menggelar temu koordinasi dengan lurah dan warga untuk mendata dan merangkumnya menjadi sebuah rekomendasi tertulis untuk Pemkot dan BLH Kota. "Sebenarnya sangat disayangkan kenapa belum juga ada respon atau tindakan dari Pemkot atau BLH, minimal himbauan atau edaran untuk kami lah," ujar Fajrul.

PDAM Diganti PDAB
Pengamat kimia lingkungan Unib Dr. Agus Martono. HP, DEA juga menyayangkan lambannya respon Pemkot Bengkulu. Apalagi, menurut Agus, kondisi dan tingkat pencemaran yang terjadi, khususnya di instalasi pengolahan air minum PDAM di Surabaya, sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk menyediakan air minum yang layak bagi masyarakat. Bahkan sampai penyediaan air bersih pun, diragukan PDAM mampu menyediakannya.
"Air minum dan air bersih itu beda. Sederhananya, kalau air minum itu sudah pasti bersih, air bersih belum tentu bisa diminum. Jadi kalau memang akronimnya PDAM Perusahaan Daerah Air Minum, mana buktinya? Air bersih saja tidak bisa, apalagi mau menysediakan air minum. Jadi bagusnya diganti saja dengan PDAB (Perusahaan Daerah Air Bersih), biar nggak terlalu berat memikul tanggung jawabnya," seloroh Agus di ruang kerjanya
Guna meminimalisir dampak yang akan terjadi kepada masayarakat, Sikap Pemkot untuk segera menghentikan konsumsi sementara air minum sepantasnya dilakukan. "Langkah terdekat, termurah dan tercepat sekarang cuma penghentian sementara dulu aktivitas PDAM di Surabaya. Selain meminimalisir dampak, ini juga akan menjadi sebuah catatan kepedulian Pemkot dari masyarakat. Sebelum ini semakin jauh lah," kata Agus. (jek)
Generasi Bengkulu Rentan Jadi Bodoh
Efek Samping Pencemaran
        Efek samping kandungan logam berat yang mencemari Air Sungai Bengkulu yang juga bahan baku PDAM terkategori sangat berbahaya. Bila tetap mengonsumsinya,  masyarakat sangat rentan mendapat serangan kanker, gangguan ginjal dan hati, sistem reproduksi, fungsi paru-paru, jaringan kulit dan sebagainya serta dapat menurunkan IQ (intelligence quotient) anak.
"Cepat atau lambat warga akan terjangkiti. Belum lagi efek domino lainnya. Jika tidak segera ditanggapi dan dicarikan alternatifnya, gawat nanti," ujar Lektor Kepala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam Unib, Dr. Agus Martono, HP, DEA kepada Radar Bengkulu, Kamis (16/6).
Karena itu, Agus menilai, Pemkot harus mencari pengganti sumber baku air PDAM. Itu harus dilakukan karena pengolahan air minum yang diterapkan PDAM tidak bisa menghilangkan kandungan logam tersebut. Kaporit dan tawas yang selama ini digunakan PDAM hanya berfungsi untuk menjernihkan dan membunuh kuman e-coli dan salmonela, tidak dapat menghancurkan kandungan logam tersebut.
“Solusinya, alihkan sumber air PDAM ke air Nelas bahkan bila perlu tutup tambang batu baranya. Bukti yang dipaparkan oleh BLH sudah cukup untuk menjadi dasar bagi masyarakat untuk menggugat ataupun bagi Pemkot untuk menindaknya sesegera mungkin," ujar akademisi lulusan Institut National Polytechnic Toulouse Perancis ini.
Terkait pelarangan bagi warga pengumpul batu bara di air Bengkulu, Agus menilai hal tersebut tidak akan menjawab persoalan yang sebenarnya. "Potong di hulunya, bukan di hilirnya. Pelarangan pengumpul batu bara bukan jawaban untuk penyelesaian urusan pencemaran," kata Agus.

Pengumpul Batu Bara Tolak Pelarangan
Terpisah, para pengumpul batu bara menentang rekomendasi pelarangan pengumpulan batu bara tersebut. "Melarang kami mengumpulkan batu bara, sama saja dengan melarang kami untuk hidup. Kami akan siap pertaruhkan hidup kami kalau memang sampai dilarang," kata seorang pengumpul batu bara, Susi (30).
Malahan, sambung Susi, dengan adanya aktifitas mereka, persoalan banjir yang kerap melanda di daerah Tanjung Agung dan Rawa Makmur dapat dikurangi. "Banjir itu kan karena pendangkalan akibat batu bara. Sudah untung kami yang keruk dan kumpulkan batu bara di sini, sudah jarang kan banjir di Rawa Makmur dan Tanjung Agung," ujar Susi.
Pengumpul batu bara lainnya, Suhatmansyah (52) meminta agar pemerintah dapat lebih bijak. Sebab, ada sekitar ribuan warga yang menggantungkan nasib dari pengumpulan batu bara. "Tidak sedikit mereka yang dari luar kota, ada yang dari Kaur, Talo, Padang Guci dan lain-lain yang mengadu nasib dengan mengumpulkan batu bara. Apa pemerintah sanggup gantikan nasi periuk kami?" kata Suhatmansyah.
Untuk itu, sambung Suhatmansyah, dia bersama dengan beberapa orang pengumpul batu bara akan segera berkoordinasi dan menyamakan visi bersama untuk melakukan penolakan jika memang akan ditertibkan oleh pemerintah.
"Bukan apa-apa, nasib hidup kami ada di sini. Kami akan kumpul bersama nanti, saya yakin seluruh pengumpul batu bara disini pasti menolak kalau dilarang untuk kerja di sini," ujar Suhatmansyah. (jek)
Adek Berry, Pewarta Foto Asal Bengkulu Yang Sudah Mendunia
Berprinsip Learning By Doing dan Safety The First


"Sebagian orang mungkin heran, ketika seorang perempuan seperti kami harus menjinjing peralatan foto yang berat dan pergi begitu jauh dari rumah untuk melihat dan merekam bahaya yang notabene semua orang lari menghindarinya. Namun bagi saya, selama masih bisa kita ukur tingkat risiko dan kondisi di lapangan, rasanya bukan masalah besar. Moment harus didapat," ujar jurnalis foto perempuan dari kantor berita Perancis, Agence France Presse (AFP), Lastri Wijaya (40), memulai bercerita kepada Radar Bengkulu.

Harry Siswoyo, Bengkulu 

Istri dan Ibu dari dua anak yang akrab dipanggil dengan 'Adek Berry' ini, namanya memang sudah jauh malang melintang di dunia photography jurnalistik. Adek yang lahir pada 14 September 1971 di Curup, Rejang Lebong ini kerap dipercaya meliputi daerah konflik seperti di Afganistan, Pakistan, Irak dan sejumlah negara lainnya. "Ya..dunia jurnalistik memang penuh dinamika dan turbulensi. Pagi hari masih bermain dengan anak atau menyiram tanaman di rumah, kadang sebelum siangnya sudah harus terbang ke suatu tempat untuk liputan," ujar Adek sambil tersenyum.
Sarjana Teknologi Pertanian yang memulai karir jurnalistik pada 1997 ini, sejak duduk di bangku SMAN 2 Bengkulu gemar menulis dan memotret. Bagi Adek, memotret seperti tidak ada bedanya dengan menulis. Karena itu, Adek suka menggali cerita di balik foto karyanya. "Foto itu bisa menceritakan apa saja, mengungkap apa saja dan menggambarkan apa saja. Dari foto akan lahir cerita, jadi ambillah gambar sebanyak-banyaknya, tidak perlu ragu atau malu, saya saja learning by doing saja cukup," ujar alumni Universitas Jember ini.
Sekalipun peralatan sederhana, lanjut Adek, bukan menjadi masalah bagi seorang fotografer. Kamera profesional seperti SLR (Single Lens Reflect) atau kamera saku bahkan kamera handphone sekalipun bisa menjadi sarananya. Yang terpenting adalah kemampuan teknis fotografi. "Tidak penting senjatanya apa kalau yang mengoperasikannya ternyata tidak bisa. Kamera saku atau hasil jepret HP jauh lebih bernilai dibandingkan hasil jepret SLR yang dipakai oleh orang yang tidak paham teknis penggunaannya," kata Adek yang juga Alumni SMP N 2 Bengkulu.
Segudang penghargaan internasional yang telah diperoleh Adek. Salah satunya, Honourable Mention untuk lomba The Best of Photojournalism (BOP) yang diselenggarakan NPPA (National Press Photographer Association) USA untuk kategori Disaster (bencana) pada 2007. Karyanya yang dilombakan adalah foto tentang pengungsi Gunung Merapi di Desa Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta saat menyambut bantuan gempa bumi berupa obat-obatan dan makanan dari TNI. "Saya sebenarnya tidak bermaksud untuk memperlombakannya, tapi kantor AFP yang mengikutkannya," kenang Adek yang merupakan saudara kandung Guru Besar FE Unib, Prof. Lizar Alafansi, SE, MBA.
Safety the first, demikian prinsip Adek setiap akan ditugaskan meliput wilayah konflik atau bencana. Apalagi, wartawan atau fotografer yang akan meliput di daerah perang seperti di Afganistan atau Pakistan kerap mendapat ancaman dari intelijen militer. Bahkan tidak jarang, wartawan pun disandera dan dibunuh oleh intelijen.
Sementara kalau di Myanmar, negara dengan rezim militer yang arogan, lanjut Adek, para fotografer yang ingin selamat dan bisa keluar dari Myanmar umumnya harus mengirimkan karya hasil jepretan dan dikirim tanpa nama. "Jadi cukup AFP saja misalnya, jangan pake nama, bisa-bisa kita nggak akan keluar lagi dari Myanmar. Untuk itu, saya selalu berprinsip Saffety the first, kaidah-kaidah hukum jangan kita langgar lah, keselamatan wartawan tetap nomor satu dong." ujar Adek.
Sekarang, lanjut Adek, untuk kebutuhan kantor, selain photo setiap fotografer juga harus bisa mengambil visual kejadian berupa video. Dengan begitu, para jurnalis foto pun harus membekali diri dengan kamera photo yang juga bisa merekam video. Pengirimannya pun sedikit njlimet karena harus menggunakan telepon satelit dan akses internet yang mumpuni.
Berbeda dengan pengiriman foto, ukuran berita video yang berat, lumayan membuat kewalahan wartawan saat akan mengirimkannya ke kantor berita. "Memang agak ribet sih, kadang-kadang ada moment yang bagus sering ketinggalan, karena sedang mengambil videonya. Kalo sekarang saya sedang membiasakannya lah," ujar wanita pengguna Nikon D3S ini, sambil tersenyum.
Kegemarannya memotret yang selaras dengan hobi melakukan traveling naik turun gunung itu, juga mendapatkan restu dari sang suami tercinta. Walau sekali berangkat liputan ke luar negeri membutuhkan waktu dari 3 hari sampai dengan 1,5 bulan, sang suami bisa memahaminya. "Awalnya memang sedikit susah, tapi lama-lama sudah terbiasa. Jaga kepercayaan suami dan bisa jaga diri lah," ujar Adek.
Apakah ingin bergabung dengan media lokal nasional di Indonesia? Adek mengatakan masih akan memfokuskan diri untuk berkarya di AFP. Dengan latar belakang beragam kultur dan karakter di AFP, membuat Adek ingin mengeksplorasi lebih dalam. "Masih banyak sekali yang ingin saya pelajari. Kultur budaya, perbedaan bahasa, gaya dan tutur mereka. Asyik loh belajar sambil berkarya seperti ini," ujar perempuan yang fasih bahasa Inggris ini.
Ditemui saat mengisi Seminar Nasional Fotografer : Antara Profesi dan Hobby, yang diselenggarakan Himastik Unib, Senin (16/5), Adek juga sempat berpesan agar komunitas fotografi di Bengkulu agar dapat dikembangkan dan dibangun secara profesional. "Komunitas fotografi di Bengkulu harus hidup. Saya sejak lama cari-cari info tentang komunitas fotografi di Bengkulu, tapi belum pernah terdengar. Mudah-mudahan dari hasil hari ini, rekan-rekan mau dan berminat untuk menseriuskannya," ujar Adek.
Adek juga berencana membuat otobiografi diri berupa catatan perjalanan dan kisah yang pernah dialaminya. "Sampai dengan saat ini masih dalam proses. Doakan ya, mudah-mudahan tidak ada halangan terbitnya," harap Adek. (**)
NGO - Mahasiswa Desak Izin Tambang Batu Bara Dicabut 
        Mahasiswa dan NGO akan mendesak pemerintah mencabut izin produksi pertambangan batu bara yang diduga kuat mencemari Air Sungai Bengkulu. Gerakan yang dinamai Gerakan Masyarakat Peduli DAS Bengkulu ini direncanakan akan mengadakan aksi bersama seluruh masyarakat di Pemprov dalam waktu dekat ini. "Isu utama kita adalah tutup penambangan batu bara di hulu DAS Bengkulu,” kata Ketua BEM UMB Sony Taurus, Sabtu (14/5).
Sony menungkapkan hal tersebut usai kegiatan diskusi bersama elemen NGO (Non Goverment Organization) seperti Walhi dan Yayasan Ulayat bersama elemen mahasiswa seperti BEM UNIB, Madyapala UMB, Mahapati dan lainnya. Kegiatan dilakukan di sekretariat BEM UMB. “Kami ingin masalah pencemaran ini harus segera dituntaskan secepatnya," ujar Sony.
Sementara itu, Direktur Yayasan Ulayat Oka Oktariansyah mengungkapkan data hasil penelitian yang pernah dilakukan di DAS Air Bengkulu dan Sub DAS Rindu Hati, Sub DAS Susup dan Sub DAS Bengkulu Hilir. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika pada semua sampel seperti warna dan kekeruhan, ditemukan DAS Bengkulu tertinggi tingkat warna dan kekeruhannya yaitu 586 Pt-co dan sebesar 332 NTU pada intake PDAM.
Selanjutnya, menurut Oka, dari parameter kimia ditemukan untuk parameter Chormium (Cr), Copper (Co) dan Besi (Fe2+) sudah melewati ambang bahan mutu yang ditetapkan Menteri Kesehatan. "Efek dari keracunan kromium dapat mengganggu fungsi hati, ginjal, pernapasan, dan juga dapat menyebabkan kerusakan kulit nanti," ujar Oka.
Untuk itu, lanjut Oka, perlu dilakukan upaya penanganan yang konkret untuk memperbaiki pelayanan air minum PDAM. Khususnya bagi masyarakat di 3 kecamatan (Kecamatan Muara Bangkahulu, Sungai Serut, dan Teluk Segara) yang mengkonsumsi air yang bersumber dari Sungai Air Bengkulu. "Kami merekomendasikan agar pemerintah menutup praktik tambang yang ada di hulu air Bengkulu, sebelum ini semakin parah," ujar Oka.
Sementara itu, Direktur Walhi Provinsi Bengkulu Zenzi menduga kuat ada oknum pejabat dan pengusaha tambang Batu Bara telah melakukan persengkokolan membiarkan terjadinya pencemaran sungai. Akibatnya, masyarakat menjadi korban dampak pencemaran khususnya warga kota Bengkulu pelanggan PDAM, karena air baku PDAM berasal dari sungai Bangkahulu.
"Sudah saatnya masyarakat bersatu mengusir pengusaha batu bara karena telah menghina negara. Masa pada waktu kami datang menggunakan mobil kementerian lingkungan hidup diusir? Jadi kami pikir hal semacam itu tidak bisa ditolerir," kata Zenzi.
Zenzi melanjutkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup guna menyampaikan masalah pencemaran tersebut. Alasannya, pemerintah kabupaten dan provinsi tidak mampu menyelesaikan masalah pencemaran tersebut. Disamping itu, keberadaan izin pengusaha tambang batu bara yang sudah berada sejak lama dan diduga izin Amdal perusahaan tidak berlaku lagi.
"Rencananya, kami menemui Kementerian Lingkungan Hidup pada Kamis (26/5) untuk meminta agar menurunkan tim khusus mengecek dan melakukan penelitian sungai yang tercemar. Kami juga mencurigai izin Amdal yang dimiliki jangan-jangan sudah tidak berlaku lagi," jelas Zenzi.
Ditambahkan Zenzi, pemerintah harus tegas menghentikan perluasan aktivitas pertambangan batubara. Artinya pemerintah jangan hanya mengutamakan ruang kelola dengan mengorbankan lahan hidup masyarakat. "Kepentingan masyarakat jauh lebih penting ketimbangan kepentingan pengusaha. Karena, jelas mereka (pengusaha) hanya mengutamakan kepentingan bisnis bukan kepentingan masyarakat luas. Selain itu, daerah tangkapan air (catchment area) sudah tidak lagi memungkinkan untuk diekploitasi," papar Zenzi. (top/gol/jek)
Menteri Datang, Pedagang Cuek
      Kedatangan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu untuk meninjau pasar Panorama, kurang direspon pedagang. Selain mengaku belum mengetahui, para pedagang juga mengaku meragukan informasi kunjungan Mari tersebut. Disinyalir sosialisasi yang dilakukan terhadap kunjungan Mari tersebut kurang maksimal.
Seperti diungkapkan pedagang manisan Yeni (36). Menurutnya, informasi kedatangan Mari simpang siur. Ada yang mengatakan batal dan ada juga yang bilang masih bulan depan. “Saya pikir tadi razia atau sidak harga beras,” ujar Yeni sambil tertawa.
Sampai saat ini, menurut Yeni, informasi yang diterima tidak seragam. Bahkan, lanjut Yeni, pedagang sudah tidak mau ambil pusing lagi dengan rencana revitalisasi karena ketidakjelasan informasi kapan dan akan dibuat seperti apa pasar Panorama tersebut. “Kita ini bukan menolak perbaikan pasar, tapi kok sampai menteri kesini kami tidak dikabari, kan bisa siap-siap siapa tahu Bu menteri akan datang ke lapak kami,” ujar Yeni.
Pedagang daging Zulhanafi (41) malah mengaku kecewa terhadap kegiatan sosialisasi tentang kedatangan Menteri. Bahkan, dia menduga informasi kedatangan Mari ditutupi dan tidak mau melibatkan seluruh pedagang untuk menyambut hal ini. “ Mungkin Pemkot takut kami mau demo kalau menteri datang, jadi informasinya disembunyikan. Kan dapat kita lihat sendiri, jalur tinjauan menteri tadi, cuma lewat jalur yang bersih-bersih saja. Kan kabarnya tempat kami duluan yang mau di revitalisasi,” ujar Zulhanafi.
Pengamatan Radar Bengkulu, gegap gempita penyambutan Mari terkesan sangat spontanitas dan mendadak. Antusiasme warga dan pedagang nyaris biasa-biasa saja. Justru yang meramaikan hanya pegawai pemkot, Satpol PP dan media elektronik dan cetak. Mari yang hanya menyempatkan diri bertandang selama lebih kurang tiga jam itu selanjutnya bertolak ke Jakarta dan kemudian diwakilkan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar untuk kemudian mewakili acara ramah tamah di balai kota.

Pembangunan Pasar Percontohan Bukan Cuma Fisiknya
Terpisah, Mari menjelaskan Pasar Panorama Bengkulu merupakan salah satu dari 10 pasar percontohan yang masuk dalam program revitalisasi Kementerian Perdagangan pada 2011. Anggaran yang dikucurkan untuk merevitalisasi pasar panorama sebesar Rp 10 M. Mengenai konsep pembangunan pasar tersebut, kata Mari, seharusnya tidak hanya meliputi pembangunan fisik belaka. Unsur non fisik terkait manajemen pengelolaan juga menjadi penentu utama hidupnya sebuah pasar.
Mari menambahkan, Kementerian akan memberikan pendampingan dalam pengembangan konsep perencanaan hingga proses konstruksi bangunan fisik pasar. "Kami akan dampingi proses pembangunannya, setidaknya selama 2 tahun berturut-turut. Termasuk juga di dalamnya pengawasan aspek fisik maupun non fisiknya. Misalnya masalah disiplin pedagang, pengelola pasar yang tegas dalam menerapkan kebijakan atau peraturan yang terkait pengelolaan pasar, pelaksanaan yang sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang jelas serta desain pasar yang baik, sampai dengan ketersediaanya fasilitas penunjang pasar yang baik," ujar Mari.
Untuk itu, lanjut Mari, akan didorong sebuah sinergi antara pemerintah dan seluruh stakeholder mengenai penanganan dan pengelolaan manajemen pasar Panorama nantinya. Sehingga akan menjawab indikator capaian yang ingin diraih. "Adalah tugas kita bersama untuk mengawasi indikator tercapainya model percontohan pasar, indikator sederhananya adalah terjadi peningkatan omzet penjualan para pedagang," ujar Mari.
Sementara itu, Walikota Bengkulu H. Ahmad Kanedi, SH, MH menyampaikan permohonan dukungan kepada semua pihak untuk dapat menyukseskan kegiatan revitalisasi pasar panorama. "Pemerintah sudah punya kesungguhan, masyarakat harus dukung lah. Jangan ribut dulu, tapi kita jalani dulu," kata Kanedi.
Untuk diketahui, sebelumnya Mari telah mengunjungi tujuh pasar percontohan lainnya, yaitu Pasar Pangururan di Samosir, Pasar Lambocca di Bantaeng, Pasar Pattalassang di Takalar; Pasar Grabag di Purworejo, Pasar Cokro Kembang di Klaten dan Pasar Agung di Denpasar Bali. Setelah meninjau pasar Panorama Bengkulu, Mari akan meninjau pasar Kewapante di Sikka dan Pasar Skow di Jayapura. (jek)
Truk Hanya Boleh Masuk Kota Pukul 18.00 – 06.00
      Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Bengkulu dan Polres Kota Bengkulu akan menindak truk selain angkutan batu bara yang bertonase lebih yang melintas jalan di dalam kota di luar pukul 18.00 – 06.00. "Truk selain batu bara dengan bobot di atas 5.300 kg, hanya diperkenankan masuk ke dalam kota pada pukul 18.00-06.00. Selain dari ketentuan waktu tadi, akan kami tangkap. Kesepakatan ini sudah berdasarkan keinginan bersama kami dengan Polres dalam rapat tadi siang (Selasa) di Polres," kata Kepala Dishubkominfo kota Bengkulu, Rufal Mithra, SH.
Dengan begitu, sambung Rufal, berdasar beberapa titik masuk truk dari utara, selatan, dan timur akan disediakan semacam kantong parkir  untuk mengantisipasi truk-truk yang akan melintas masuk kedalam kota sebelum waktu yang ditentukan masuk. Untuk truk dari arah selatan, jelas Rufal, kantong parkirnya akan ditentukan di terminal Air Sebakul, dari arah timur atau Curup direncanakan di terminal Nakau, sedangkan dari arah utara akan dikoordinasikan lagi dengan pemkab Benteng, bisa bergabung di terminal Nakau atau area lain yang memungkinkan untuk dijadikan kantong parkir
"Jadi, sebelum waktunya masuk, truk-truk ini harus stop dulu di kantong parkir. Selatan di Air Sebakul, dari arah Curup pakai terminal Nakau, sementara yang dari utara akan kita koordinasikan lebih lanjut dengan Pemda Benteng, mereka juga harus sediakan kantong parkirnya, nanti kami koordinasikan juga dengan Dishub Provinsi," terang Rufal di ruang kerjanya.
Selanjutnya, tambah Rufal, sesuai SK Gubernur Nomor Y.31.XV tahun 2008 tentang lintasan truk batu bara, khusus angkutan batu bara, jalur lintasnya akan direvisi bagi truk yang akan menuju pelabuhan Pulau Baii. Setelah sampai di terminal Air Sebakul, yang biasanya melintasi simpang 4 Pagar Dewa, akan dialihkan ke terminal Betungan dan kemudian baru ke Simpang Kandis-Pulau Baai. Begitupun dengan rute kembali masing-masing truk.
Kesepakatan lainnya, lanjut Rufal, seluruh truk yang bermuatan curah, seperti batu bara, sawit, pasir, koral atau cangkang sawit yang melintas jalan kota diwajibkan untuk menutup semua muatannya dengan terpal. Itu supaya kotoran dan debu yang dikhawatirkan warga bisa diminimalisir dan estetika serta kebersihan kota dapat selalu terjaga.
"Dishub dan Polres akan pantau truk-truk ini. Kalau kedapatan melanggar ketentuan baik itu waktu masuk, rute jalurnya, sampai dengan muatan curah yang tidak bertutup terpal akan kami stop dan beri sanksi keras, yang pasti tidak diizinkan masuk ke dalam kota," ujar Rufal.
Namun, tambah Rufal, khusus angkutan selain batu bara berupa angkutan untuk bahan bangunan yang sifatnya mendesak untuk melintas dalam kota dan sifatnya hanya sementara dapat mengkoordinasikan langsung dengan Dishubkominfo. Yakni, membuat surat permohonan melintas dan pemberitahuannnya. "Misalnya seperti angkutan pasir untuk buat bangunan di dalam kota, ya tinggal lapor saja. Mau bongkar di mana, lewat mana dan lain-lain. Sampaikan saja ke kami," ujar Rufal.

Truk akan Dinomorserikan, Supir Difoto
Dalam waktu dekat ini, sambung Rufal, sesuai kesepakatan, pihaknya bersama Polres Bengkulu akan melakukan peregisteran truk-truk yang melintas jalan kota. Truk yang masuk ke dalam kota akan diberi nomor seri yang akan disediakan oleh Polres dan Dishub.  "Samping kiri dan kanan truk serta belakangnya nanti akan dicat dengan scotlight, biar terang. Jadi kalau seandainya pun ada kecelakaan, akan gampang diingat. Supirnya pun akan difoto bersama kendaraannya, biar gampang melacaknya kalu melintas," kata Rufal.
Untuk itu, sambung Rufal, dalam waktu dekat ini akan diadakan sosialisasi bagi semua supir truk, baik itu truk batu bara ataupun non batu bara. "Pamfletnya dan selebarannya akan segera dibagikan ke supir-supir truk. Untuk tekhnisnya, kami cegat di jalan saja," ujar Rufal
Selain itu, guna memaksimalkan hasil kesepakatan yang sudah dibuat oleh Polres Bengkulu dan Dishub, koordinasi lanjutannya juga akan dilakukan sesegera mungkin. "Mudah-mudahan lah polemik perusakan jalan ini segera berujung. Saya, pak Kapolres dan Kabag. Ops Polres sudah punya satu visi yang sama, tentu akan kami koordinasikan selanjutnya dengan Pemprov," ujar Rufal. (jek)
Warga Diracuni Secara Massal, 
Pemkot Diam


Perjuangan Gemapedas Sulit Berhasil
       Lambannya sikap Pemkot untuk mengatasi masalah air baku PDAM yang merupakan air yang tercemar menemui kecaman warga. Bahkan, warga menilai tidak tanggapannya Pemkot merupakan bentuk kelalaian yang disengaja.
"Ini kan sudah kelalaian yang disengaja. Kok sampai hari ini tidak juga ada tindakan. Atau jangan-jangan memang mau meracuni warga dengan air yang tercemar?" kata warga RT. 3 Sukamerindu Ujang Ahmad (38), Senin (27/6).
Kelalaian tersebut, tambah Ujang, juga menunjukkan ketidakberdayaan Pemkot. Sehingga memunculkan persepsi di masyarakat bahwa Pemkot memang sengaja membiarkan warga minum air yang tercemar. "Minimal ada larangan atau himbauan untuk tidak pakai air PDAM sementara. Ini kok tidak ada sama sekali. Kan aneh,” ujar Ujang.
Warga Kelurahan Tanjung Agung Rachmad Antony (29) mengatakan, tidak bersikapnya Pemkot seolah sengaja membiarkan kesehatan warga terganggu. "Walikota belum rasakan bagaimana tidak enaknya minum air ini. Kami warga di sini menilai Pemkot meracuni anak, istri dan keluarga kami perlahan-lahan," kata Rachmad.
Rachmad berharap, Pemkot segera mengambil tindakan mengatasi air minum yang tercemar tersebut sebelum akumulasi racun yang beredar dalam air PDAM semakin menjadi- jadi. “Racun ini akan makin menjadi-jadi kalau didiamkan terus. Kalau memang Walikota peduli dengan rakyatnya, ya tunjukkan dengan tindakan," ujar Rachmad.
Asisten I Pemkot Bengkulu Drs. Ali Arifin ditemui enggan berkomentar banyak tentang kecaman warga tersebut. "Sementara baru bahasan yang pengumpul batu bara dulu, yang dari rekomendasi tim BLH. Belum banyak yang bisa kami lakukan untuk sementara ini, kesibukan Pemkot bulan ini sangat padat," kata Ali.
Namun Ali berjanji akan segera menyelesaikan permasalahan tersebut. Terkait sikap Walikota yang membiarkan PDAM menggunakan air baku yang tercemar, Ali juga enggan mengomentarinya. "Tunggu saja lah bagaimana nanti pembahasannya. Yang pasti akan kami selesaikan," kata Ali.

Pemerintah Sengaja Mengulur Waktu 
Di bagian lain, perjuangan Gerakan Masyarakat Peduli Daerah Aliran Sungai Bengkulu (Gemapedas) diperkirakan tidak akan berhasil. Pasalnya, gerakan yang dilakukan Gemapedas bersifat sporadis. Ketua Yayasan Lembak Ir. Usman Yasin, M. Si mengungkapkan hal tersebut kepada Radar Bengkulu. “Ada tiga poin yang mengindikasikan suatu gerakan akan berhasil. Harus terencana, tersistematis, dan tidak kenal waktu dan serta tidak kenal menyerah. Saya melihat ketiga poin tersebut tidak dimiliki Gemapedas,” kata Usman.
Usman menambahkan, sayang bila perjuangan Gemapeda tidak berhasil. Sebab, data dan fakta sudah menyimpulkan air Sungai Bengkulu telah tercemar. “Dan yang perlu dipahami, kalangan pemerintah pun sudah tahu kalau banyak gerakan yang dilakukan mahasiswa atau elemen lainnya hanya sporadis. Karena itu, mereka sengaja menanggapi aksi-aksi yang dilakukan dengan mengulur-ngulur waktu.  Lama kelamaan terlupakan dan gerakan yang dibangun berakhir dengan kegagalan,” kata Usman.
Koordinator Gemapedas Sony Taurus mengatakan tidak akan berhenti sampai perjuangan yang dilakukan berhasil. “Kami masih melakukan koordinasi . Dan kami tidak akan mundur hingga tuntutan kami agar perusahaan tambang batu bara ditutup dipenuhi,” kata Sony. (jek/top)