Gizi Buruk Bengkulu

Diduga, Penderita Gizi Buruk Termuda di Kota Bengkulu

Putri Cahya Ramadhani (7 bulan), putri pasangan Agustina (24) dan Abdul Aziz (25) warga jalan Merpati 2 RT 2 Gang Nurul Iman Kelurahan Rawa Makmur diduga sebagai penderita gizi buruk termuda yang pernah terjadi di Kota Bengkulu. Dugaan itu disampaikan Plh. Kepala Puskesmas Beringin Raya, dr. RA. Yeni Warningsih kepada Radar Bengkulu, Sabtu (9/4).
“Kasus seperti Putri, terbilang sangat jarang terjadi. Mengingat bayi dengan umur 7 bulan harusnya masih mendapatkan asupan ASI ekslusif dari ibu. Mungkin kasus bayi umur 7 bulan yang menderita gizi buruk cuma di Nusa Tenggara Timur yang pernah terjadi,” kata Yeni.
Idealnya, lanjut Yeni, untuk bayi berumur 7 bulan dengan gizi baik memiliki berat rata-rata normal antara 8-9 Kg. Sedangkan bayi dengan gizi kurang berat rata-rata 5-6 kg dan bayi dengan gizi buruk di bawah 5 kg. Rata-rata kejadian penderita gizi buruk terjadi pada bayi yang sudah lepas ASI atau di atas 1 tahun.
“Sedangkan si Putri, memiliki berat badan hanya 4 Kg. Dugaan saya, masalah si Putri ini multikompleks, kok bisa-bisanya bayi umur 7 bulan kena gizi buruk. Harusnya ini mendapatkan perawatan intensif. Sekurang-kurangnya butuh waktu 2-3 bulan untuk pemulihan kondisinya," beber Yeni.

Tidak Pernah Dibawa ke Posyandu
Sementara itu, Agustina menceritakan, tidak mengetahui kalau putrinya terkena gizi buruk. Awalnya disangka hanya batuk-batuk biasa karena Putri sudah mengidap batuk sejak lahir. Ironisnya lagi, Putri ternyata baru pertama kali dibawa ke puskesmas. Sejak Putri masih menjadi janin hingga berusia 7 bulan, tidak pernah dibawa ke Posyandu sekali pun untuk diperiksa dan diimunisasi.
"Kata dukun, batuk Putri dikarenakan terminum air ketuban pada saat lahir, jadi kami tidak pernah bawa ke puskesmas. Baru kali inilah saya ke sini (puskesmas), karena melihat Putri tambah parah," ujar Agustina
Agustina menambahkan, dia dan Abdul tidak punya biaya untuk membawa anak mereka ke tempat berobat. Abdul hanya seorang kuli bangunan dengan upah tidak menentu. Dalam sebulan, pendapatan rumah tangganya paling banyak Rp 400 ribu. Mereka khawatir tidak mampu bayar biaya berobat apalagi tidak memiliki jaminan kesehatan.

Putri Lahir di Kamar Mandi
Agustina juga mengungkapkan Putri yang lahir di kamar mandir itu, harus bergantian ASI dengan kakaknya. Dikarenakan jarak kelahiran dengan kakaknya sangat berdekatan. "Kakaknya berumur 2 tahun dan masih bergantian ASI dengan Putri", ungkap Agustina yang hanya lulusan SD tersebut.

Pegawai Puskesmas Sumbangan
Yeni menambahkan, karena Agustina tidak memiliki jaminan kesehatan baik Jamkesmas ataupun Jamkeskot, maka perawatan dan kelengkapan Putri dibiayai hasil sumbangan seluruh pegawai di Puskesmas. “Kami sudah buat rujukan agar Putri dirawat intensif di Rumah Sakit M. Yunus Bengkulu. Selain pengobatan dan peralatan puskesmas yang terbatas, biaya yang dibutuhkan untuk pemulihan kondisi Putri juga tidak sedikit. Kami juga berupaya untuk mendaftarkan Putri agar terdaftar sebagai peserta Jamkeskot tambahan. Sebab, RS akan menolak rujukan kalau tidak ada jaminan kesehatan, pendaftaran peserta jamkeskot itu sedang dalam proses," ujar Yeni. (jek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar